Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Perubahan Total Kontrak Air Minum

Kompas.com - 07/04/2008, 12:08 WIB

Laporan wartawan Kompas Sarie Febriane

JAKARTA, SENIN- Rekomendasi Badan Regulator Air Minum atau BR PAM kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengubah total kontrak kerjasama antara PAM Jaya dengan dua operator swasta yakni PT Thames PAM Jaya dan PT Lyonnaise Jaya (Palyja), mendapat dukungan penuh dari Amrta Institute for Water Literacy. Perombakan kontrak kerjasama tersebut telah sangat mendesak mengingat kinerja kedua operator tidak juga menunjukkan perbaikan yang signigfikan.

"Klausul-klausul dalam perjanjian itu sangat tidak seimbang dan sangat menempatkan PAM Jaya sebagai pihak yang akan selalu terjepit. Putusnya kontrak kerjasama di tengah jalan, baik diusulkan pemerintah maupun pihak operator, yang harus membayar penaliti tetap pihak PAM Jaya atau pemprov," kata Nila Ardhianie, Direktur Amrta Institute.

Sebelumnya, dalam rapat dengar pandapat di DPRD DKI Jakarta Jumat pekan lalu, yang juga mengundang kedua operator swasta, pihak DPRD mengungkapkan kekecewaaan atas kinerja kedua operator tersebut.

Ketua BR PAM Achmad Lanti mengaku prihatin dengan kinerja kedua operator yang tidak menunjukkan gejala membaik. PT TPJ misalnya, angka kebocorannya tidak menunjukkan gejala menurun dari angka 53 persen. Selain itu, jangkauan pelayanan juga tidak menunjukkan peningkatan berarti. Investasi jaringan perpipaan yang ditunggu-tunggu tidak juga terealisasi.

Padahal, pemprov kini sedang berupaya menekan penggunaan air bawah tanah dengan menaikkan harga dasar air tanah. Upaya itu untuk menekan eksploitasi berlebihan air bawah tanah. "Oleh karena itu, kontrak kerjasamanya yang harus dirombak total," tandas Lanti.

Ironis

Buruknya kinerja operator itu dinilai Nila Ardhianie merupakan gambaran ironis mengingat manuver keuangan yang telah dilakukan kedua operator swasta tersebut. Kedua operator telah beralih kepemilikan sahamnya sehingga diasumsikan ada perbaikan kinerja pasca-akuisisi. Juli 2007 lalu, 100 persen saham PT TPJ (yang dimiliki oleh Thames Water Inggris) resmi dijual kepada Acuatico (95 persen) dan Alberta Utilities (5 persen).

Acuatico merupakan anak perusahaan Glendale Partners dan Recapital. Sementara, sebelumnya, tahun 2006, Suez Perancis telah menjual 49 persen sahamnya di Palyja ke Astratel dan Citigroup.

Selain itu, pada Maret 2008 lalu, PT TPJ juga menerbitkan obligasi perdana Rp 750 miliar. Dana obligasi akan digunakan untuk membayar utang kepada Citigroup Financial sebesar Rp 650 miliar. Sementara, sisanya Rp 100 miliar digunakan untuk modal kerja.Tahun 2008 ini TPJ memproyeksikan jumlah pendapatan meningkat 15 persen. Perolehan laba bersih TPJ tahun 2007 lalu mencapai Rp 50 miliar.

Sementara, Palyja pada 2005 telah menerbitkan obligasi I senilai Rp 650 miliar di Bursa Efek Surabaya. Sebagian dana obligasi digunakan untuk melunasi utang dan sisanya untuk modal kerja. Dana investasi Palyja sebagian besar diperoleh dari pinjaman European Investment Bank dan Calyon Merchant Bank Asia Ltd.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com