Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Terakhirku di Pedongkelan, Allahu Akbar!

Kompas.com - 01/10/2008, 10:59 WIB

Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar! Bunyi takbir ini mungkin menjadi bunyi yang terakhir di Kampung Pengharengan, Pedongkelan, Jakarta Utara. Bagaimana tidak? Minggu (5/10) esok, perkampungan kumuh itu akan diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Kota DKI Jakarta.

"Hari ini, Lebaran terakhirku di sini mbak," ujar Sumini (54) sambil tersenyum miris saat ditemui di rumahnya di Kampung Pengharengan, Rabu (1/10) pagi.

Sambil bercakap-cakap, sesekali dia memandangi rumah sekaligus warungnya yang mungil. Warung berukuran 1x1,5 meter itu digunakannya untuk berjualan gado-gado, minuman, dan sejumlah barang kebutuhan sehari-hari. Beberapa wadah, terlihat kosong.

Dia mengatakan sengaja menghabiskan barang dagangan sebelum hari penggusuran tiba. Sumini mengaku mendapat kelonggaran dari Pemkot DKI untuk merayakan Lebaran untuk terakhir kalinya di rumahnya di Pengharengan.

Untuk kedua kalinya wanita asal Sumenep, Madura itu, terkena gusuran. Namun, hal tersebut ternyata tak membuatnya jera untuk kembali ke Ibu Kota. Menurut dia, Jakarta mampu menjanjikan penghidupan lebih layak daripada di kampung halamannya. "Kalau di kampung, paling saya bertani. Sudah panas, capek, hasilnya tidak memuaskan. Apalagi saya masih punya tanggungan menyekolahkan satu anak di pesantren. Kalau di Jakarta kan sedikit-sedikit bisa dapat uang asal mau usaha," jelasnya.

Sumini mengungkapkan dia memang akan pulang ke kampung halaman setelah rumahnya di gusur. Setelah mendapat tempat yang baru, dia akan kembali mengadu nasib di Jakarta. Lagipula, lanjutnya, rumah di kampung telah dijual dan rasa malu mengurungkan niatnya untuk tinggal di rumah orang tua di Sumenep.

Ibu enam anak itu terlihat sudah kebal dengan lingkungannya yang keras. Di perkampungan Pengharengan, hidup bermacam-macam karakter orang. Ada yang berprofesi sebagai pengemis, pencopet, ataupun pekerja seks komersial. Oleh karena itu, dengan sekuat tenaga dia membimbing anaknya untuk tidak terjerumus dalam dunia hitam. "Anak saya yang baru lulus SMA kemarin pengen kerja di karaoke. Tapi saya enggak boleh," kata dia.

Sumini pun sudah mengerti tanda-tanda 'keanehan' di lingkungan tersebut. Saat berbincang, tiba-tiba dia memberi tanda tentang kehadiran tiga orang laki-laki. Lalu dia berkata, "Mbak, hanya ada satu syarat jika ke sini. Hati-hati, di sini banyak copet," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com