Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/03/2009, 09:32 WIB

Masyarakat sekitar Ciliwung bisa hidup sehat jika model rumah yang dibangun dengan kardus diganti dengan kayu dan bambu. Lebih baik lagi jika dibangun rumah panggung sehingga warga tak harus berimpitan di petak-petak rumah kumuh yang sempit.

Sisa lahan bisa ditanami rumput untuk taman bermain anak. Perlu dibangun balai rakyat yang menghadap ke tepian sungai. Balai ini bisa dijadikan ruang serba guna untuk hajatan, rapat RT, atau sekolah terbuka gratis.

Kali Code

Sumur resapan juga perlu dibuat untuk mengatasi banjir. Sumur resapan dengan penyaringnya bisa membuat air Ciliwung yang sebelumnya tak layak dikonsumsi menjadi sumber air minum. Sumur ini juga bermanfaat menghadapi masa krisis air di musim kemarau.

Mental masyarakat pun perlu diubah. Masyarakat perlu dibina untuk tidak asal membangun rumah dan membuang sampah ke sungai. Warga diajari mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Intinya, mereka diajak mencintai lingkungan tempat tinggalnya.

Di sepanjang pinggiran sungai ditanami pohon kenanga dan cengkeh supaya wangi. Pohon mangga, belimbing, nangka, dan buah-buahan lain untuk dinikmati.

Di sepanjang sungai dibangun jogging track dan area outbound. Fasilitas ini gratis bagi warga, namun pendatang harus membayar sebagai biaya pelestarian Ciliwung. Biarkan warga di sekitar bantaran itu yang mengelola usaha ini.

Mustahil? Tidak juga. Coba tengok Kampung Code di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Permukiman yang bersih, rapi, dan ramah lingkungan sehingga mendapatkan penghargaan internasional arsitektur, Aga Khan Award for Architecture pada tahun 2002. Kawasan yang merupakan binaan mendiang Romo JB Mangunwijaya ini dulunya perkampungan sumpek di bantaran kali.

Sebelum pembinaan, daerah itu juga kumuh dan suram. Warganya rata-rata bekerja sebagai pemulung dan membangun rumah dari kardus dan plastik bekas. Terdengar familiar? Tentu saja karena persis seperti itulah kondisi bantaran Ciliwung di Jakarta.

Berbicara tentang Ciliwung tak mungkin lepas dari wajah para bapak, ibu-ibu, remaja, dan anak-anak yang semuanya tinggal dan menggantungkan hidupnya di Ciliwung.

Maka, mulailah dengan langkah pertama, memerdekakan Sungai Ciliwung dari sampah dan kekumuhan. Ayo ramai-ramai kita bantu Ciliwung dan masyarakatnya mendapatkan kemerdekaannya kembali!

Utami Sandyarani (Siswi XI-Bahasa, SMA Santa Ursula Bumi Serpong Damai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com