Aku Masih Hidup Berkat Anakku

JAKARTA, KOMPAS.com — Mata Diding (38) masih terus berkaca-kaca. Tatapannya jauh dan sesekali mengusap kepalanya yang mulai ditumbuhi uban. Usaha jualan tahu Sumedang yang baru didirikannya sebulan yang lalu hancur dan rata dengan tanah akibat jebolnya Situ Gintung, Jumat (27/3).

"Untung saya masih bisa hidup mbak, kalau seandainya malam itu saya tidur di pondok di bawah, saya sudah tidak bisa ngobrol sama mbak," katanya kepada Persda Network, Sabtu (28/3).

Menurutnya, sebelum kejadian memang sudah ada firasat. Namun, firasat itu terjadi pada anaknya. Malam sebelum kejadian, dia masih membuka warung tahu sumedang miliknya hingga pukul 22.30. Saat itu anak bungsunya yang masih berusia lima tahun, Bagus, menangis terus sejak sore. Bahkan Bagus tidak mau tidur.

"Pas saya tutup warung kan mau tidur di warung saja sekalian jaga. Eh ni si bocah tidak mau tidur dan bolak balik dari rumah kontrakan saya di atas dan turun ke warung," kata Diding.

Menurutnya, anaknya tersebut memaksa hendak tidur bersamanya. Karena di warung keadaan lebih dingin dan saat itu hujan deras maka dia pun memutuskan untuk mengikuti anaknya untuk tidur di rumah kontrakannya yang terletak di atas.

Saat subuh dia terbangun dan mendengar kejadian jebolnya situ. Akhirnya dia pun mengucap syukur kepada Allah karena dirinya masih selamat dan bisa berkumpul dengan anak dan keluarganya. Meskipun dia kembali dibebankan untuk membayar utangnya kepada bank sebesar Rp 20 juta.