Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Kunci Mental Anak

Kompas.com - 27/04/2009, 06:12 WIB

Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, diketahui, prevalensi anak (5-14 tahun) yang mengalami gangguan mental adalah 104 dari 1.000 anak, sementara orang dewasa yang mengalami gangguan mental 140 dari 1.000 orang dewasa.

Belum ada data mutakhir untuk gangguan mental. Namun, Arist Merdeka Sirait, Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak, memperkirakan, anak yang mengalami stres dan depresi saat ini lebih banyak. ”Situasi sosial ekonomi sekarang makin sulit dibandingkan empat belas tahun lalu. Orangtua pasti stres. Jika orangtua stres, anak pun akan tertekan,” kata Arist.

Data di Litbang Kompas menunjukkan, sepanjang tahun 2005-2008 ada 26 anak berusia 5-17 tahun yang bunuh diri. Tingginya angka anak yang bunuh diri ini menunjukkan anak tidak sekadar mengalami stres, tetapi sudah mengalami depresi. Dengan informasi dan wawasan yang belum luas, seorang anak yang depresi bisa mengambil tindakan yang berbahaya.

Ina mengatakan, orangtua dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah sering kali kesulitan memberikan perhatian kepada anak karena mereka sudah kelelahan mencari nafkah.

Uci datang dari keluarga dengan ekonomi lemah. Kedua orangtuanya sibuk berjualan tahu goreng keliling. Ketika Uci minta sesuatu, bisa jadi karena tidak sanggup memenuhi dan sudah kelelahan, Uci justru dimarahi. Dia lalu naik ke menara. Kenekatan Uci memanjat menara, pekan lalu, adalah yang keempat kalinya. Setelah dia memanjat, barulah orangtuanya memenuhinya.

”Ketika anak minta sesuatu dan orangtua tidak memenuhi, anak jadi marah. Setelah dia berbuat sesuatu yang dramatis, barulah orangtua memerhatikan,” kata Ina.

Kenekatan ini tentu saja berbahaya karena seorang anak tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai tindakan yang diambil. Seperti kenekatan Uci memanjat menara listrik, selain bisa membahayakan jiwanya, kenekatan itu juga mengancam pasokan listrik. Jika tubuh Uci terseret medan listrik, sudah pasti terjadi hubungan pendek arus listrik dan matilah listrik se-Jawa-Bali.

Komunikasi

Arist mengatakan, tekanan sosial ekonomi yang makin berat hanya bisa dikurangi dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. ”Jika orangtua memang tidak bisa memenuhi keinginan anak, berikan penjelasan mengapa permintaannya tidak bisa dipenuhi.”

Komunikasi yang baik dan berkualitas ini akan bisa menjelaskan mengapa dia tidak bisa membeli barang-barang kebutuhan yang diiklankan di televisi, misalnya. ”Tidak mungkin kita menutup stasiun televisi atau mencegah lingkungan sosial mengganggu ketenteraman anak. Kita juga sulit mengubah kurikulum sekolah yang tidak ramah pada anak,” ujar Arist.

Jika anak hanya dilarang atau ditolak permintaannya, anak akan menjadi bingung, ke mana lagi dia akan meminta. Sementara orangtua adalah satu-satunya idola yang dimiliki.

(M CLARA WRESTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com