Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Menggunung di TPU Tegal Alur

Kompas.com - 08/06/2009, 08:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, semakin kumuh. Betapa tidak, dari lahan TPU seluas 52 hektar, 15 hektar di antaranya diisi dengan sekitar 400 bangunan liar. Parahnya lagi, para penghuni juga menjadikan 150 meter persegi lahan TPU sebagai tempat pembuangan sampah. Akibatnya, bau menyengat menyebar di lokasi TPU Tegal Alur sehingga menjadi kumuh dan jorok.

Dari pantauan, Minggu (7/6) kemarin, tumpukan sampah di lokasi tersebut mencapai dua meter. Puluhan warga di permukiman liar yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung berlomba-lomba mengais botol plastik, kardus, dan barang rongsokan lainnya. Bahkan, mereka sama sekali tak terganggu dengan bau menyengat dan kerumunan lalat.

Tumpukan sampah tersebut tepatnya berada di belakang Kantor TPU Tegal Alur dan terpisah dengan lokasi permukiman warga. Hanya saja, tembok pembatas antara lahan TPU dan permukiman warga tersebut dijebol. Akibatnya, warga yang tinggal di belakang TPU Tegal Alur bisa keluar-masuk membuang sampah. "Warga membuang sampah di lokasi itu setiap hari," kata Sanan, tenaga bantu di Kantor Pelayanan TPU Tegal Alur, Minggu (7/6).

Menurut Sanan, sejatinya pihak pengelola TPU Tegal Alur sudah melarang warga membuang sampah di lahan TPU. Hanya saja peringatan tersebut tidak pernah dihiraukan. Seolah-olah, terjadi kerja sama antara warga di permukiman liar dan warga setempat. "Pengelola TPU sudah pernah melarang agar warga jangan buang sampah di situ. Bahkan, plang yang bertuliskan dilarang buang sampah telah dipasangm, tapi tetap saja mereka bandel," ungkapnya.

Salah seorang pemulung di area TPU, Tarno (53), mengaku sudah bertahun-tahun tinggal di kawasan tersebut. Tumpukan sampah menjadi salah satu tempatnya mencari nafkah. Menurut Tarno, ada saja barang bekas yang dapat dijual dari hasil memulung tersebut. "Lumayan ada saja barang-barang kelontong yang bisa saya jual. Kalu pas sepi saya berjalan mengais sampah di perumahan warga," tutur bapak empat anak ini.

Terkait dengan rencana penertiban bangunan liar yang akan dilakukan Pemkot Jakbar, Tarno sedih karena dia tidak memiliki tempat tinggal lain, selain bilik sederhana yang menjadi rumahnya. "Mau ke mana Mas, di sini tempat tinggal saya satu-satunya," katanya.

Sementara itu, Lurah Tegal Alur Unadi Warto mengaku sudah mengetahui keberadaan tumpukan sampah di lahan TPU Tegal Alur tersebut. Dan pihaknya juga sudah berkali-kali mengimbau warga agar tidak membuang sampah di lokasi TPU. Sayangnya, imbauan itu sering tidak dihiraukan. Perilaku warga ini dipicu dengan banyaknya pemulung yang tinggal di kawasan tersebut.

Karenanya, jika tumpukan sampah diangkut tanpa terlebih dahulu menertibkan permukiman liar, maka akan sia-sia saja. Namun, sesuai dengan komitmen Pemkot Jakbar, penertiban baru akan dilakukan setelah pemilihan presiden. "Jadi kita akan lakukan pengangkutan sampah itu berbarengan dengan pembersihan puing-puing saat penertiban nanti. Soalnya, kalau kita lakukan pengangkutan sampah sekarang percuma saja, warga juga tidak pernah menghiraukan imbauan dari kelurahan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com