Jakarta, Kompas -
Empat tersangka penyebar ranjau paku ditangkap Polsek Pademangan di Jalan Benyamin
”Jari-jari payung itu dipotong kecil-kecil, lalu salah satu ujungnya ditekuk agar mudah menancap ke ban,” kata Kapolsek Pademangan Komisaris Wawan Setiawan, kemarin.
Keempat tersangka itu adalah SWK (35), warga Taman Sari; AH (40), warga Sunter Jaya, Tanjung Priok; DN (38), warga bongkaran Pademangan Timur; dan Is (40), warga Budimulia, Pademangan Barat.
Menurut Wawan, dirinya sudah sering mendapatkan laporan dari masyarakat soal ranjau paku di kawasan bekas bandara ini. Dia pun melakukan penyelidikan. Ternyata petugas menemukan tersangka penyebar ranjau ini menyebarkan ranjaunya pada dini hari.
”Setelah dikumpulkan, jumlahnya sekitar setengah kilogram,” kata Wawan.
Dari laporan warga, tersangka memasang tarif yang mencekik korbannya. ”Setiap korban yang membeli ban dalam baru dari mereka dikenai biaya Rp 60.000. Mereka tidak mau turun sedikit pun. Mau tidak mau korban pun membayar karena kondisi di kawasan itu sepi dan jauh dari mana-mana,” kata Wawan.
Sekadar info, harga ban dalam di toko resmi Rp 17.000-Rp 20.000. Harga ban dalam di tukang tambal umumnya hanya
Mengenai ranjau paku ini, Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Irvan Prawira Satyaputra mengatakan akan menurunkan tim khusus untuk menanggulangi masalah tersebut. Ranjau paku, selain merugikan pengendara motor, juga membahayakan pengendara lain karena kondisi motor tidak stabil.
Dari pengamatan di lapangan, jalan-jalan yang banyak ditemukan ranjau paku adalah di Jalan Yos Sudarso, tepatnya di kaki jalan layang depan Mall of Indonesia. Di Jalan Cakung-Cilincing ada dua titik yang berbahaya, yakni di pintu gerbang utama Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung dan di Pertigaan Babek, Rorotan.
”Di sini setiap pagi sudah menjadi pemandangan biasa ada orang mendorong-dorong motor karena bannya bocor. Kasihan mereka, habis mengantar istrinya kerja di KBN, eh pulangnya harus mendorong-dorong motor. Uangnya banyak yang keluar karena setelah itu mereka kan butuh minum juga,” ungkap Robby, seorang warga Sukapura yang juga mengantar istrinya bekerja di KBN.