Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggendong Jamu dan Kehidupan

Kompas.com - 26/10/2009, 05:16 WIB

Memang, tidak selamanya pekerjaan ini mulus. Gosip mampir ke telinga Anis. ”Masih ada saja ibu-ibu yang menuduh saya ’ada main’ dengan suami mereka. Bolak-balik saya jelaskan kepada mereka bahwa saya hanya menjual jamu. Maaf saja ya, tidak ada pelayanan lain yang saya jual,” ucap Anis yang punya banyak pelanggan pria.

Gosip serupa juga dialami Wiwik Suprihatin (40). Penjual jamu di Magetan, Jawa Timur, ini juga pernah dituduh punya hubungan istimewa dengan pelanggan laki-laki. ”Tuduhan ini muncul kalau jualan di luar kampung saya. Sekarang saya lebih sering keliling di sekitar rumah agar tidak ada isu aneh-aneh,” paparnya.

Aneka isu ini membuat profesi penjaja jamu masih dipandang sebelah mata. Kondisi ini pula yang mendorong PT Jamu Jago membuat acara pemilihan Ratu Jamu Gendong Indonesia.

”Kami hendak menunjukkan kepada masyarakat bahwa profesi penjual jamu layak diperhatikan, dilestarikan, dihargai, dan dihormati. Lihat saja berapa banyak orang yang dihidupi dari jamu. Di Jakarta, kami ada 50.000 penjual jamu. Belum lagi penjual yang tidak terdeteksi,” ucap Presiden Komisaris PT Jamu Jago Jaya Suprana.

Sebagai ratu jamu, penjual terpilih harus punya pengetahuan tentang jamu yang dijualnya, cara meramu, serta kebersihan dalam penyajian jamu.

Penjual jamu juga menjadi mata rantai penting mengobati aneka penyakit bagi masyarakat, terutama mereka yang punya kantong pas-pasan. Salah satu pelanggan Wiwik menjual dua ekor sapi untuk membiayai pengobatan batu ginjal. Penyakit tidak kunjung sembuh. Si pesakitan ini curhat ke Wiwik. Wiwik menyarankan untuk minum jamu. ”Eh, kok ndilalah (kebetulan), sakit bapak itu berkurang. Sekarang dia langganan jamu,” ucap Wiwik yang menjual satu gelas jamu Rp 5.000.

Jamu juga menjadi solusi ampuh bagi pekerja kasar yang sering pegal linu, masuk angin, atau punya penyakit asam urat. Selain harganya relatif murah, calon pembeli juga bebas konsultasi atau meminta tambahan racikan, seperti kencur, kunyit, jahe, atau telur.

Hidup sehat tidak hanya dirasakan pembeli. Para penjual juga ikutan hidup sehat dari jamu. Surayem (85)—yang dinobatkan sebagai penjual jamu gendong tertua sejagat—juga kerap minum jamu pegal linu untuk mengusir capek.

Keberadaan profesi ini kadang tidak kita sadari. Meski kerap diperdebatkan, keberadaan mereka merupakan solusi alternatif bagi mereka yang mencari kesembuhan di luar biaya medis yang sering kali tak terjangkau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com