Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gizi Anak, Kuncinya Kepedulian Orangtua

Kompas.com - 04/01/2010, 06:55 WIB

Minim pemahaman

Tidak diolahnya bahan makanan dengan baik, menurut ahli nutrisi Unicef, Sonia Blaney, karena minimnya pemahaman jenis makanan bergizi berikut cara mengolahnya. Sonia menekankan tidak ada hubungan antara gizi buruk anak dan faktor ketersediaan pangan karena sepanjang tahun 2008 tidak dilaporkan gagal panen, kekurangan bahan pangan, atau bencana alam di NTT.

Kepala Bagian Kesehatan Unicef Anne Vincent menambahkan, penyebab gizi buruk sangat kompleks, bukan hanya masalah kekurangan pangan. Akses pada bahan pangan, pelayanan kesehatan, dan pola perilaku pemberian makanan yang bergizi ikut berpengaruh.

”Ketiadaan ibu yang memberikan ASI dan menyiapkan makanan pendamping ASI karena sibuk bekerja di kebun serta minimnya kesadaran menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga berpengaruh,” ujarnya.

Sayangnya, malnutrisi selama ini selalu diasosiasikan dengan tidak adanya makanan sehingga ketika terjadi malnutrisi, respons pemerintah setempat adalah meminta bantuan makanan. ”Dari temuan lapangan, anak kurang gizi meninggal bukan semata-mata meninggal karena kurang gizi, tetapi karena memang sudah sakit dan tidak ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan sehingga kondisinya makin buruk,” kata Anne.

Untuk mengurangi dan mengantisipasi gizi buruk, menurut ahli nutrisi Unicef Indonesia di NTT, Helena Seran Ndolu, metode yang digunakan tak bisa lagi hanya dengan penyuluhan, tetapi juga pendampingan sejak kehamilan, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif 0-6 bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI.

”Kalau dengan penyuluhan saja, tidak akan ada perubahan perilaku. Ini perlu waktu. Tidak bisa cepat. Yang penting bidan atau tenaga kesehatan bisa sabar, tidak menyuruh-nyuruh, dan mau mendengar sekaligus menggali informasi dari masyarakat,” kata Helena. (KOMPAS/Luki Aulia)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com