JAKARTA, KOMPAS.com — Psikolog forensik dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Reza Indragiri Amriel, menyatakan, pemeriksaan dubur untuk mengenali anak-anak korban sodomi sebenarnya tidak membutuhkan prosedur khusus. Pemeriksaan anus bahkan dapat dilakukan hanya dengan mata telanjang.
"Anak atau siapa pun yang telah menjadi obyek penyemburitan atau sodomi akan memiliki anus berbentuk corong. Mirip dengan tabung kaca yang ada pada lampu semprong. Benar-benar bolong seperti tabung. Lewat pemeriksaan mata telanjang, anus berbentuk corong itu bisa langsung dilihat, jadi tak membutuhkan prosedur khusus," ungkap Reza saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/1/2010), menanggapi rencana pihak kepolisan melakukan pemeriksaan dubur anak jalanan guna mendukung pemberantasan eksploitasi anak terkait kasus pelecehan seksual.
Akibat perlakuan sodomi, lanjutnya, korban biasanya akan mengalami masalah dengan organ pencernaannya, terutama saat buang hajat. "Benar-benar bolong seperti tabung. Efeknya, mereka akan kesulitan menahan buang air besar karena otot-otot penahan pembuangannya sudah rusak," ujar Amriel.
Amriel menekankan, walaupun tidak dibutuhkan prosedur khusus, pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampak psikologis anak-anak yang menjalaninya. Sebelum pemeriksaan, perlu ada pendekatan dan sosialisasi yang tepat kepada anak dan pihak keluarga.
"Terlepas dari itu, jika dilakukan lewat paksaan, bisa kita bayangkan, akan memunculkan perasaan takut dan sejenisnya. Untuk mengatasinya, sekali lagi, awali dengan sesi informasi terlebih dahulu, baik untuk si anak maupun keluarganya," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.