Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayam Kampung Diminati

Kompas.com - 27/01/2010, 13:31 WIB

Bantul, Kompas - Sejak tumbuh suburnya bisnis kuliner berbasis ayam di Yogyakarta, permintaan ayam kampung terus meningkat. Padahal, suplai masih sangat minim. Peluang itu dimanfaatkan sebagian warga Dusun Polaman, Desa Argorejo, Sedayu, Bantul, mengembangkan usaha pembibitan dan perbesaran ayam kampung. Mereka mengaku kewalahan memenuhi permintaan.

Sakiran (50), warga Dusun Polaman, yang tengah mengembangkan usaha pembibitan mengaku sering kewalahan menerima pesanan bibit ayam. "Begitu telur menetas, biasanya pedagang sudah mengantre. Paling dalam sehari langsung habis," katanya, Selasa (26/1).

Untuk menetaskan telur ayam, Sakiran menggunakan mesin khusus berbentuk seperti lemari dengan suhu 37,9 derajat Celsius. Kapasitas satu lemari sebanyak 3.000 telur. Penetasan telur butuh waktu sekitar 18-21 hari. Sakiran mendapat telur dari peternak sekitar dusun dengan harga Rp 1.600 per butir. Setelah menetas, ia menjualnya seharga Rp 3.800 per ekor.

Menurut Sakiran, yang sehari-hari berdinas sebagai anggota TNI, tingkat keberhasilan penetasan telur berkisar 70 persen. "Sekitar 20 persen gagal menetas karena kualitas telur buruk dan 10 persen menetas tapi kondisi ayamnya cacat," katanya.

Sulit dapat bibit

Suherman, peternak yang mengembangkan usaha perbesaran ayam kampung, mengatakan selama ini kesulitan mendapatkan bibit ayam. "Suplainya terbatas. Karena bibitnya telat, kandangnya sering kami biarkan kosong. Padahal, begitu ayam berusia empat bulan langsung diambil pedagang untuk dipotong," katanya.

Ia mengatakan, sebagian besar pelanggannya adalah supplier ayam kampung untuk rumah makan seperti Ny Suharti. "Yang minta biasanya ayam yang tidak terlalu tua karena dagingnya lebih empuk," ujarnya.

Ketertarikan Suherman beternak ayam kampung karena harga jualnya lebih mahal dibandingkan dengan ayam broiler. Tidak hanya itu, peternak ayam kampung juga masih minim, sedangkan peternak ayam broiler sudah banyak.

"Selama ini, ayam kampung hanya dibiarkan liar begitu saja tanpa pola peternakan memadai. Populasinya juga minim, paling lima ekor per keluarga dan hanya dijadikan usaha pelengkap saja. Padahal, poten-sinya sangat tinggi," papar-nya. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com