Jakarta, Kompas -
Demikian diungkapkan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono, yang didampingi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, psikolog Sarlito Wirawan Sarwono, dan kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala di Polda Metro Jaya, Senin (1/2).
”Jumlah korban dalam kasus Babeh jauh lebih besar daripada kasus Robot Gedek dan Ryan yang ditangani Polda Metro Jaya,” kata Wahyono.
Korban mutilasi Robot Gedek (1994-1996) dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tahun 1997 disebutkan enam orang, sementara korban Ryan (2006-2008) 11 orang. Dari hasil pemeriksaan polisi, korban pembunuhan dan mutilasi Babeh sampai saat ini sudah mencapai 14 orang. Babeh membunuh sejak tahun 1993.
Korban Babeh yang sudah terungkap adalah Adi, Rio, Arif Abdullah alias Arif ”Kecil”, Ardiansyah, Teguh, dan Irwan Imran yang dimutilasi, serta Aris, Riki, dan Yusuf Maulana. Empat korban terakhir yang terungkap juga dimutilasi adalah Feri, Doli, Adit, dan Kiki. Rata-rata usia mereka 10-12 tahun, kecuali Arif yang masih berusia 7 tahun.
Kasus pembunuhan yang dilakukan Babeh ini, kata Adrianus, layak menjadi sebuah cerita kriminalitas yang paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menduga Babeh memiliki peran besar dalam kasus Robot Gedek. Bahkan, Babeh kemungkinan besar memanfaatkan kasus Robot Gedek karena Babeh menjadi saksi utama kasus itu.
Data yang dihimpun Kompas menunjukkan, dalam pengadilan yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tahun 1997, di depan majelis hakim yang dipimpin hakim Sartono, Babeh mengaku melihat Robot Gedek menggandeng seorang anak laki-laki di Pasar Jiung, Kemayoran. Anak tersebut dibawa Robot Gedek ke semak-semak.
Sementara itu, Babeh menunggu giliran mendapat kesempatan untuk menyodomi bocah lelaki yang dibawa Robot Gedek. Babeh mengaku menunggu satu jam dan setelah itu mendekati lokasi Robot Gedek. Di lokasi itu, dia menyaksikan Robot Gedek memutilasi korbannya.