Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalahnya Bukan PBM, tapi Intoleransi

Kompas.com - 21/09/2010, 15:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi Setara Institute, wacana perubahan Peraturan Bersama 2 Menteri (PBM) dinilai sebagai solusi instan dari pemerintah. Setara menyatakan bahwa akar masalahnya adalah gejala intoleransi yang tumbuh dalam masyarakat.

"Setelah kasus HKBP Ciketing, Perber itu perlu direvisi. Namun, ini hanyalah solusi instan saja. Masalah utamanya adalah mengemukanya gejala intoleransi dalam masyarakat kita," kata Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua Setara Institute, dalam konferensi pers di kantornya, Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (21/9/2010).

Menurut Bonar, gejala intoleransi yang berkembang dalam masyarakat patut menjadi perhatian pemerintah. Intoleransi ini dimiliki oleh kelompok puritan, di mana mereka tidak bisa menerima kelompok beragama lain untuk hidup berdampingan.

Kelompok ini adalah kelompok kecil, menurut Bonaran, yang mulai menajamkan gerakannya selama tujuh tahun terakhir. "Bahkan mereka ini bukan warga yang berada di sekitar tempat ibadah," katanya. Kata Bonaran, kelompok puritan ini bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Menurut Bonaran, pemerintah mesti tegas menindak kelompok yang beraliran keras, yang mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Pemerintah diminta tidak melakukan pembiaran terhadap permasalahan ini. "Pemerintah pusat bahkan Presiden harus bertindak karena kelompok-kelompok ini lihai mencari modus baru melancarkan tujuannya. Pemerintah harus mencari solusi adil dan permanen karena akan terus terulang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com