Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situ Sasak Sudah Lima Kali Jebol

Kompas.com - 26/09/2010, 12:12 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Situ Sasak Pamulang Tangerang Selatan, Banten, tercatat sudah lima kali mengalami luapan air sejak tahun 1991 hingga 2010. Air pertama kali meluap tahun 1991. Ketika itu, luapan air hingga sebetis orang dewasa dan merendam empat rumah warga yang berada persis di seberang situ di Jalan Pajajaran itu.

Kemudian, tahun 1996 atau lima tahun berikutnya, air kembali meluap. Penyebabnya adalah guyuran hujan yang tidak henti-hentinya selama sehari penuh. Namun, ketika itu luapan air tidak merendam rumah warga, hanya menggenangi Jalan Pajajaran setinggi 3 sentimeter.

Tahun 2001, volume air Situ Sasak Pamulang kembali meluap. Kali ini penyebabnya adalah bangunan warga yang berada di sekitar situ. Penyempitan akibat bangunan warga menyebabkan luas situ berkurang sehingga membuat air tidak tertampung sesuai dengan ukurannya. "Bangunan warga telah membuat luas situ berkurang. Sehingga, ketika volume air meningkat, situ tidak mampu menampung dan meluap ke jalan," kata warga Kelurahan Bambu Apus, Amot Sitanggang, di Tangerang, Minggu (26/9/2010).     Pada tahun 2007, luapan air Situ Sasak Pamulang merendam puluhan rumah dan menyebabkan banjir. Akibatnya, terjadi kerusakan di sejumlah rumah warga. Banjir itu bersamaan dengan banjir yang merendam rumah warga di Ciputat, Pamulang, dan Pondok Aren sehingga perhatian penanganan luapan situ tidak terfokus.    "Ketika tahun 2007, luapan situ sudah sangat berbahaya. Namun, karena daerah lain banjir juga, jadinya tidak terpantau dengan baik," kata Amot.    Kali ini, Situ Sasak Pamulang kembali meluap dan mengancam perumahan warga. Bahkan, dinding yang membatasi dengan jalan terancam jebol. "Sekarang penanganan sudah bisa difokuskan. Jangan sampai ditunda karena sangat mengancam keselamatan," kata Amot, yang berprofesi sebagai penambal ban.

Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Amron, hari Sabtu, di lokasi, mengatakan, faktor utama situ bocor karena debit air sangat tinggi akibat hujan deras. ”Air dari hulu melebihi kapasitas,” katanya.

Sebanyak 124 keluarga di Kelurahan Kedaung dan 30 keluarga di Kelurahan Bambu Apus dievakuasi karena rumahnya tergenang air.

Maryana (41), warga RT 04 RW 03 Kelurahan Bambu Apus, juga membenarkan bahwa peristiwa bocornya tanggul sudah yang kelima kali. ”Tanggul bocor setiap empat tahun. Anak saya mencatatnya di dinding tembok rumah kami,” kata Maryana, yang tinggal di depan situ tersebut.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Kota Tangsel Dendy Prayadana membenarkan kondisi tanggul penahan situ sangat kritis. "Jika tanggul jebol, akan terjadi bencana besar seperti Situ Gintung,” ungkapnya. Untuk antisipasi penanggulangan darurat, sekitar 5.000 karung pasir digunakan untuk menutup beton tanggul yang bocor.

Sementara itu, sampai semalam, banjir masih menggenangi jalan di RW 1, 2, dan 3 Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, dan Jalan Bangka I, Jakarta Selatan. Kurniawan, Ketua RT 9 RW 1 Petogogan, menjelaskan, genangan tertinggi mencapai 1 meter. Pihak RW menyediakan dua rakit dari kayu untuk alat transportasi dan evakuasi warga.

Di Kota Tangerang, genangan air kembali terjadi di jalan kawasan Perumahan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Dalam Negeri Karang Tengah. Genangan setinggi 3-5 cm juga terjadi di Perumahan Pondok Bahar Permai, Karang Tengah.

Sementara itu, genangan setinggi 10-20 cm terdapat di sedikitnya empat titik Jalan Raya Pondok Betung, Bintaro. Genangan juga terjadi di Jalan Kesehatan Raya, Jakarta Selatan, dan Jalan Arjuna Utara, sisi jalan tol Jakarta-Merak.

Meski berada di selatan Jakarta, wilayah Kota Depok, Jawa Barat, belum aman dari ancaman banjir. Sejumlah tempat selalu tergenang ketika hujan lebat. Kawasan yang tergenang cenderung meluas seiring pendangkalan sejumlah situ.

Genangan di sejumlah ruas jalan dan permukiman terus mengancam selama saluran air masih buruk. ”Akar persoalan pada infrastruktur saluran air. Seluruh genangan terjadi karena jaringan jalan di Depok belum semua memiliki drainase,” tutur Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Roni Ghufroni.

Sementara itu, drainase yang ada tak semua berfungsi. Sebagian tersumbat sampah, yang lain terlalu sempit, tak mampu menampung air dari hujan lebat. (PIN/FRO/NDY/TRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com