Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AA, Si Serigala Kesepian

Kompas.com - 30/09/2010, 15:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat teroris, Noor Huda Ismail, menilai bahwa pelaku bom bunuh diri di Kalimalang pada Kamis (30/9/2010) yang telah teridentifikasi berinisial AA itu besar kemungkinan bertindak atas nama pribadi. Hal ini dapat tecermin dari tindakannya yang cenderung "primitif".

Maksudnya, di tengah canggihnya aksi terorisme, pelaku malah menggunakan sepeda onthel. Padahal, bom rakitan beserta bahannya diketahui sensitif terhadap gerakan. Jika bergerak sedikit, maka bom dapat meledak secara tiba-tiba.

"Maka, dia bisa disebut sebagai lone wolf atau si serigala kesepian. Ini terminologi yang dipakai praktisi dan akademisi tentang fenomena self radicalisation. Pelaku melakukan serangan sendiri dengan improvisasi sendiri, mirip serigala yang mencari mangsa sendiri tanpa kaitan dengan jaringan," kata Noor Huda ketika dihubungi Kompas.com, Kamis.

Bom rakitan yang dibawa AA meledak tak jauh dari tempat seorang polisi tengah mengatur arus lalu lintas di kawasan padat kendaraan. Noor Huda mengatakan, ada indikasi bahwa polisi saat ini telah menjadi target sasaran pelaku terorisme.

Ada tiga alasan mengapa polisi kini menjadi sasaran. Kelompok radikal beranggapan bahwa polisi saat ini telah menjadi antek-antek asing, polisi telah mendapat dana dari pihak asing yang dalam hal ini Amerika Serikat dan Australia, dan polisi dituduh melanggar hak asasi manusia. Terakhir, polisi memang dikecam ketika menangkap Abubakar Baasyir.

Ketika ditanya apakah pelaku memiliki keterkaitan dengan kelompok terorisme yang merampok Bank CIMB di Sumatera Utara, Noor Huda meragukannya. Dia mengatakan, besar kemungkinan, AA hanya merasa memiliki hubungan emosional dengan kelompok terorisme yang ada di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com