Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Redefinisi Kesaktian Pancasila

Kompas.com - 01/10/2010, 03:14 WIB

Terakhir, dasar ketuhanan. Indonesia dicita-citakan sebagai tanah subur untuk ragam agama dan iman tanpa menjadi negara agama. Umat hidup berdampingan, saling menghormati, menanggalkan egoisme kelompok, menjalankan agama dengan cara berkeadaban dan keluhuran budi pekerti. Semua agama berperan dalam pembangunan. Sosialisme Indonesia berciri religius.

Jika Pancasila diperas menjadi tiga, Soekarno merincinya sebagai nasionalisme berwajah sosial, demokrasi sosial, dan ketuhanan. Jika diperas lagi menjadi satu, gotong royonglah inti bernegara. Tujuan Pancasila memang untuk mempersatukan rakyat agar bahu-membahu mendukung kemajuan Indonesia.

Transformasi bangsa

Formulasi dan urutan Pancasila yang kemudian berlaku sampai sekarang adalah ketuhanan sebagai sila pertama dan keadilan sosial sebagai sila kelima. Urutan ini ternyata membuat kita sering terpaku pada sila pertama dan tidak kunjung sampai ke klimaks Pancasila: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sesudah era Soekarno berakhir, kemandirian politik dan ekonomi Indonesia kian hilang. Ekonomi bertumbuh tanpa keadilan sosial. Hiruk-pikuk demokrasi politik tanpa demokrasi sosial. Pemerataan hasil pertumbuhan masih menjadi tugas berat negara. Indonesia tak dapat mengelak dari visi negara kesejahteraan.

Untuk itu, negara harus maksimal memperkuat ketahanan pangan dan energi. Upaya itu mendapat tantangan serius di tengah ancaman perubahan iklim dan cuaca yang tak bersahabat. Negara juga harus konsisten dengan reformasi birokrasi. Demoralisasi tengah melanda penegak hukum. Elemen-elemen primordial yang anarki dengan berani menantang otoritas negara. Keindonesiaan sedang luntur.

Berhadapan dengan hegemoni negara adidaya yang ditumpangi kepentingan kapitalisme global, negara kuat juga menjadi suatu keniscayaan. Untuk itu, penyelenggara negara seharusnya contoh pertama insan pancasilais.

Jepang sempat hancur semasa Perang Dunia Kedua. Namun, negeri itu cepat pulih dan bangkit menjadi kekuatan adidaya di Asia. Inovasi teknologinya menyaingi Barat. Kebangkitan itu didukung kehadiran manusia baru Jepang, generasi yang haus ilmu sekaligus cinta tanah air.

Perubahan struktur politik dan sosial selama Restorasi Meiji (1866-1869) membuat Jepang yang tadinya tertutup menjadi terbuka. Namun, Meiji-ishin tidak membuat bangsa Jepang kebarat-baratan. Mereka tetap Jepang, tetapi modern. Kaum intelektualnya berkarya dengan semangat samurai. Modernisasi Jepang disengajakan dari atas, dari elite penguasa yang sadar pentingnya kemajuan bangsa dan melakukan asketisme politik.

Pancasila baru benar-benar sakti jika nyata dalam kehidupan manusia baru Indonesia. Birokrasi benar-benar melayani rakyat. Hasrat mengabdi lebih besar daripada hasrat berkuasa. Bangsa benar-benar takut Tuhan. Orientasi beragama adalah kesejahteraan bersama. Kaum intelektual berorientasi pada kepentingan publik.

Yonky Karman Pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com