Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur Belum Efektif

Kompas.com - 21/12/2010, 03:59 WIB

Jakarta, Kompas - Kawasan megapolitan Jabodetabek memiliki masalah kemacetan yang sangat parah. Infrastruktur dan sistem transportasi yang dibangun selama ini belum efektif mengatasi kemacetan. Perlu ada perubahan strategi angkutan massal untuk mengatasi macet di megapolitan itu.

Pengamat transportasi Universitas Trisakti, Trisbiantara, Senin (20/12) di Jakarta Pusat, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah kabupaten/kota di sekitarnya sudah memahami bahwa angkutan umum dan angkutan massal adalah solusi kemacetan. Namun, porsi anggaran untuk memperbaiki angkutan umum dan membangun angkutan massal sangat terbatas.

Beberapa pemerintah daerah mengandalkan pembangun jalan untuk mengatasi kemacetan. Pemprov DKI, misalnya, memilih membangun jalan layang di Jalan Antasari dan Jalan Layang Satrio senilai Rp 2 triliun lebih.

Padahal, jika digunakan untuk membangun jalur baru dan menambah jumlah armada bus transjakarta, ada tambahan kapasitas tempat duduk untuk ratusan ribu orang lagi.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Ellen SW Tangkudung mengatakan, penambahan jalan baru, termasuk jalan tol dan jalan layang, bukan solusi untuk mengatasi kemacetan. Penambahan jalan hanya akan menarik orang untuk membeli kendaraan pribadi lagi dan macet akan muncul lagi.

Pertambahan badan jalan di megapolitan Jabodetabek tidak sampai 0,1 persen setiap tahun. Padahal, pertambahan jumlah kendaraan pribadi sekitar 11 persen setiap tahun.

Kondisi ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur jalan belum efektif untuk mengatasi kemacetan.

Ellen mengingatkan, pemerintah daerah di megapolitan Jabodetabek serta pemerintah pusat harus mengambil langkah strategis dan terobosan baru untuk memecahkan masalah kemacetan. Setiap pemerintah harus mengambil bagian untuk mendukung konsep transportasi makro di megapolitan itu.

Deputi Gubernur DKI Bidang Transportasi Sutanto Soehodo mengatakan, dalam kondisi saat ini, ada tiga langkah yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kemacetan. Ketiga langkah itu adalah optimalisasi KRL Jabodetabek, peningkatan bus transjakarta, dan perombakan sistem angkutan umum konvensional.

Optimalisasi KRL Jabodetabek harus dilakukan oleh pemerintah pusat. Perbaikan stasiun, rel, penambahan rangkaian KRL dalam jumlah besar, dan pengaturan simpang sebidang dengan jalan raya harus dilakukan agar jutaan komuter dari Bodetabek dapat menuju dan meninggalkan Jakarta tanpa kendaraan pribadi.

Setiap hari 800.000 kendaraan pribadi masuk dari Bodetabek ke Jakarta. Hal ini menciptakan kemacetan yang sangat panjang dari pinggiran sampai tengah kota.

Di Depok, Pemkot Depok mengambil bagian dengan menyediakan tempat parkir di dekat stasiun. Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Depok Anton TM mengatakan, fasilitas park and ride disediakan untuk merangsang warga Depok meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke KRL.

Salah satu proyek percontohan park and ride itu ada di Stasiun Pondok Cina di Jalan Raya Margonda. Pemkot Depok juga bekerja sama dengan pengelola Depok Town Square untuk menyediakan parkir bertarif murah.

”Kami ingin jumlah perjalanan KRL ditambah agar lebih banyak orang yang dapat terangkut KRL ke Jakarta,” kata Anton.

Di dalam kota, kata Sutanto, bus transjakarta harus diperbesar kapasitasnya, dengan meningkatkan kecepatan dan menambah jumlah armada. Bus transjakarta dapat melayani berbagai rute utama di Jakarta sehingga diminati calon penumpang. Bus transjakarta juga dapat diperpanjang sampai ke dalam perbatasan Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Depok.

Kepala Bidang Bina Marga di Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi Lindon mengatakan, Bekasi mulai menyiapkan bus rapid transit yang terintegrasi dengan sistem bus transjakarta untuk mengatasi kemacetan.

Sutanto mengatakan, angkutan umum konvensional juga harus dirombak total, dari kepemilikan individu menjadi konsorsium. Angkutan umum harus dibebaskan dari sistem setoran agar dapat melayani warga dengan tertib dan tidak menjadi hambatan lalu lintas tambahan.

Perbaiki jalan

Ellen SW Tangkudung mengatakan, selain menyiapkan angkutan massal, perbaikan jalan juga harus dilakukan. Saat ini banyak jalan lebarnya tidak rata, rambu banyak yang dilanggar, banyaknya polisi cepek, okupasi jalan oleh pedagang kaki lima, parkir liar, hingga kualitas aspalnya cenderung jelek.

Edi, pemakai sepeda motor, mengatakan, beberapa ruas jalan di Jakarta berlubang. Salah satunya di kolong jalan layang dari arah Tanjung Priok ke UKI. Selain itu, beberapa lubang juga terlihat di Jalan Gatot Subroto dan di Simpang Lima Senen.

Di Bogor, Wali Kota Bogor Diani Budiarto memastikan pembangunan jalan baru tetap dianggarkan pada APBD 2011.

(ECA/NDY/RTS/NEL/ART/COK)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com