Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Duga Pelaku Lebih dari Empat

Kompas.com - 18/03/2011, 04:00 WIB

Jakarta, Kompas - Hasil penyelidikan kepolisian menduga, teroris yang mengantar paket bom buku ke empat lokasi di Jakarta dilakukan oleh lebih dari empat orang. Sketsa wajah salah seorang dari mereka sudah selesai dibuat.

”Saya menduga kelompok ini mengirim kurir yang berbeda di setiap lokasi, sekurangnya seorang ke setiap lokasi. Dugaan ini kian menguat setelah kasus paket bom buku yang ditujukan kepada musisi Ahmad Dhani terungkap hari ini,” papar Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman, Kamis (17/3).

Informasi yang diperoleh dari para saksi, paket diantar ke empat lokasi antara pukul 10.00 dan 12.00. ”Jadi, tidak mungkin paket diantar hanya oleh seorang kurir ke keempat lokasi,” tuturnya.

Kesimpulan keterangan dari 20 saksi yang kemarin bertambah dua saksi lagi, kurir paket bom buku itu juga berbeda di setiap lokasi.

Mengenai wajah pelaku, pihak kepolisian baru menyelesaikan satu. ”Hari ini kami baru menyelesaikan satu sketsa wajah kurir yang mengantar paket bom buku ke Kantor 68H. Mudah-mudahan dalam pekan ini seluruh sketsa wajah kurir bisa selesai,” tutur Sutarman.

Keterangan Kepala Satuan Brigade Mobil Polda Metro Komisaris Besar Imam Sujarwo, dua saksi di rumah Dhani mengaku melihat dua orang yang mengantar paket buku.

Jenis bom

Mengenai jenis bom yang digunakan, berdasarkan keterangan Imam Sujarwo, daya ledak dan rekayasa teknik empat paket bom buku itu mirip dengan bom rakitan yang meledak di Pasar Sumber Arta, Kali Malang, Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, 30 September 2010.

Namun, Imam Sujarwo belum bisa memastikan apakah ada kaitan antara kasus ledakan bom rakitan di Kali Malang ini dengan empat paket bom buku. ”Tetapi, yang jelas, bomnya mirip satu sama lain,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun, sistem switch bom buku tersebut menyerupai granat, yaitu press and release. Begitu terpencet dan terangkat, bom akan meledak. Namun, daya ledaknya rendah dan tidak ada gotrinya sehingga tidak memiliki daya pencar tinggi dan tidak mematikan, tetapi melukai dan membuat teror atau intimidasi.

Penyesatan yang cermat

Pengirim paket bom buku ini pun tampak melakukan penyesatan dengan cermat. Alamat pengirim yang dituliskan terbukti bukan sekadar mencantumkan alamat.

Alamat pengirim bom buku ke musisi Ahmad Dhani, misalnya, tertulis atas nama Alamsyah Mukhtar di Jalan Dermaga, Nomor 21, Bogor, Jawa Barat. Hasil penyisiran Polres Bogor, Jawa Barat, tidak ada nama Jalan Dermaga. Yang ada adalah Jalan Raya Dramaga yang oleh warga Bogor kerap disebut sebagai Jalan Dermaga, yaitu di Kecamatan Dramaga. Namun, di sana pun hanya ada nomor 22, yaitu warung mi ayam. Alamat dengan nomor 21 tidak ada.

Penyesatan serupa juga ditemukan pada alamat pengirim bom buku kepada Ulil Abshar Abdalla dan Gories Mere yang tertulis di Jalan Bahagia, Gang Panser, Nomor 29, Ciomas, Bogor, dengan nama Sulaiman Azhar. Meski wilayah Ciomas sudah disisir hampir 90 persen, alamat dan nama pengirim tidak ditemukan.

Begitu pula alamat pengirim bom buku yang ditujukan kepada Yapto S Soerjosoemarno yang tertulis di Jalan Cikaracak, Gang Melati, Nomor 29, Jasinga, Bogor, dengan nama Busro Jahul. Tidak ditemukan jalan dan gang itu, yang ada hanya nama Desa Cikaracak.

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar menegaskan, nama Sulaiman Azhar yang digunakan pun tak ada pada daftar buronan kasus teror. Nama itu diduga fiktif dan digunakan untuk mengelabui.

Kapolri minta waspada

Markas Besar Kepolisian Negara RI meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo menyebut, paket bom buku ini memiliki modus berbeda dengan bom-bom sebelumnya sehingga perlu diperiksa lebih mendalam. ”Ini merupakan modus baru,” katanya.

Komisaris Besar Boy Rafli Amar juga meminta masyarakat mewaspadai paket yang dikirimkan orang tak dikenal. ”Segera laporkan ke Polres terdekat agar polisi mengantisipasi,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti ini, menurut Boy, siapa saja bisa menerima paket bom. ”Bukan berarti saya mengatakan bisa ada kejadian lagi. Harapan polisi tentu tidak ada lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai menduga, ancaman-ancaman bom yang marak akhir-akhir ini menunjukkan radikalisme tetap tumbuh.

Oleh karena itu, lanjut Ansyaad, segala hal yang dianggap menghambat atau orang-orang yang dianggap musuh oleh kelompok radikal harus diperangi. Aksi teror, termasuk ancaman bom, dianggap sebagai upaya untuk memerangi kelompok yang dianggap musuh.

Ansyaad mengakui, intelijen belum kuat untuk mencegah aksi-aksi terorisme. ”Tidak ada intelijen di suatu negara yang tidak kecolongan terhadap aksi terorisme,” katanya saat ditanya apakah intelijen kecolongan menghadapi aksi terorisme.

Ansyaad menjelaskan, di Indonesia, intelijen belum memiliki landasan hukum untuk mencegah aksi-aksi terorisme. Oleh karena itu, Undang-Undang (UU) tentang Terorisme harus segera direvisi.

Menurut Ansyaad, UU tentang terorisme perlu mengatur bahwa tindakan-tindakan awal yang mengarah pada terorisme atau aksi terorisme, seperti menebar kebencian dan permusuhan terhadap kelompok lain, merupakan suatu kejahatan.

Selain itu, hakim pun perlu membuat putusan yang berat bagi pelaku aksi terorisme. Putusan yang ringan membuat pelaku cepat keluar dari lembaga pemasyarakatan dan kembali memulai aksi terorisme.

(WIN/ATO/SF/ONG/GAL/FER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com