Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KARTU POS YANG ROMANTIS

Kompas.com - 03/04/2011, 03:31 WIB

Arbain Rambey

Pengiriman berita lewat kantor pos makin tergeser oleh faksimile, ”e-mail”, Blackberry Messenger, dan juga SMS. Namun, pengiriman kartu pos dari berbagai penjuru dunia masih terus berlangsung karena sifatnya yang ”romantis”.

Seorang wisatawan yang sempat melewati jembatan sepanjang 26 kilometer di Denmark tentu akan bangga kalau bisa mengirimkan kartu pos bergambar jembatan itu kepada keluarga dan teman-temannya di tanah air. Demikianlah, sampai saat ini kartu pos tetap hadir dalam berbagai bentuk karena sifatnya yang ”romantis” tersebut.

Dia terkirim dengan sentuhan pribadi pengirimnya, yaitu dari pilihan kartu dan tulisan tangan. Romantisisme lain adalah kenyataan kehadirannya secara fisik pada era semua serba digital saat ini. Sebuah kartu pos akan tersimpan sebagai tempelan di lemari es, penyekat buku, atau bahkan dibingkai sebagai hiasan dinding.

Kartu pos dari masa lalu banyak menjadi barang kokeksi yang harganya sangat tinggi. Di Indonesia, kartu pos bergambar Kota Jakarta dari tahun 1950-an dengan cetakan asli berharga puluhan ribu rupiah di pasaran kolektor. Adapun kehadiran prangko pada sebuah kartu pos seakan menjadi tonggak penjaga agar prangko tetap hadir di dunia ini dan jasa pos tetap bertahan.

Praktis dan murah

Kartu pos mulai hadir pada pertengahan abad ke-19. Dari berbagai data sejarah yang bisa didapat, konon kartu pos pertama dikirimkan oleh penulis/kartunis Inggris, Theodore Hook, pada tahun 1840. Kartu pos pertama tersebut bergambar karikatur buatan Hook, yang mengkritik kinerja petugas pos Inggris pada masa itu. Jadi, pilihan Hook untuk tidak memakai amplop pada suratnya tersebut memang bertujuan ”memamerkan” opininya dengan terbuka.

Namun, tampaknya pilihan Hook untuk tidak memakai amplop menjadi ide menarik bagi banyak orang. Dengan mengurangi materi pada sebuah surat, kartu pos menjadi ringan. Otomatis biaya pengirimannya jadi murah.

Setelah menjadi kegemaran umum di Inggris, popularitas kartu pos kemudian menyeberang sampai ke Benua Amerika bahkan segala perkembangannya berlangsung di Negeri Paman Sam itu. Sampai-sampai standar kartu pos pertama di dunia dibuat di sana.

Biro Pos AS pada abad ke-19 itu menstandarkan bahwa sebuah kartu pos adalah benda pos yang terbuat dari kertas tebal atau cardboard tipis yang berukuran minimal 88,9 mm x 127 mm dan maksimal 108 mm x 152,4 mm. Belakangan, ukuran maksimal kartu pos AS ini disebut jumbo postcard dan menjadi standar cetakan foto terkecil yang populer.

Sejalan dengan waktu, kartu pos berkembang sangat luas. Bentuknya tidak selalu persegi dan ukurannya betul-betul sudah tidak bisa ditaati lagi. Selain kartu pos yang berukuran sampai bersisi panjang 40 sentimeter, ada pula yang begitu mungil sehingga ukurannya hampir sama dengan prangko yang menempel padanya. Namun, menyangkut ukuran ini, beberapa negara sudah membatasi ukuran maksimal dan minimal kiriman pos yang bisa mereka layani.

Bentuk dan ide gambar

Saat ini kartu pos juga sudah menjadi pilihan eksklusif cendera mata di berbagai negara. Negara-negara tertentu menerbitkan kartu pos berbentuk negara itu sendiri kalau dilihat dari udara, jadi seakan menjadi penyampai informasi geografis juga. Bahan kartu pos pun tidak lagi dari kertas dan karton. Negara-negara bagian AS yang populer dengan aksi-aksi koboi banyak menerbitkan kartu pos yang terbuat dari tembaga.

Pada masa-masa Natal sampai dengan tahun 1990-an, banyak kartu pos dari Eropa terbuat dari piringan hitam mungil yang benar-benar bisa diputar dan menghasilkan lagu.

Beberapa tempat wisata menerbitkan kartu pos dalam bentuk buku yang bisa dicopoti menjadi beberapa kartu pos. Uniknya, urutan kartu pos-kartu pos itu disusun agar pembelinya mudah untuk mengunjungi aneka obyek wisata yang tergambar di ”buku” kartu pos itu. Urutannya sudah disusun. Jadi, saat tiba di tempat yang tergambar, kartu pos bisa dicopot dan dikirimkan, lalu mengunjungi obyek yang tergambar di kartu pos berikutnya.

Dengan sifatnya yang romantis dan penuh sentuhan pribadi, tampaknya kartu pos masih akan terus bertahan karena sifatnya yang ”romantis” ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com