Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JLNT Selesai, Antasari Tetap Macet?

Kompas.com - 06/04/2011, 20:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, melihat banyak kecacatan kajian analisis mengenai dampak lingkungan pada proses pembangunan proyek jalan layang nontol Antasari-Blok M.

Agus melihat Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta hanya melakukan amdal konstruksi tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang disebabkannya. Ia bahkan memprediksi, setelah pembangunan JLNT Antasari selesai, kemacetan akan kembali terjadi enam bulan ke depan.

"Saya melalui jalan itu tiap hari. Persoalannya memang tidak ada komunikasi sampai ke bawah. Tetapi dari segi amdal ini, pemerintah seharusnya mempertimbangkan bahwa kawasan itu adalah wilayah hunian yang bisa banyak mengubah pola hidup di sana," ujar Agus, Rabu (6/4/2011), saat melakukan dialog bersama warga dan DPU di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Ia menyangsikan pembangunan JLNT Antasari bisa mengurai kemacetan karena dua contoh sebelumnya, yakni di Jalan Iskandar Muda dan Kalibata di Jakarta Selatan, tidak memberikan solusi yang signifikan.

"Di jalan itu buktinya, sudah dibangun jalan layang setelah itu kembali macet. Hanya sebentar lancar. Saya perkirakan enam bulan lagi setelah jadi, Antasari akan macet lagi," tuturnya.

Apalagi, lanjut Agus, Jalan Antasari menghubungkan beberapa jalan yang cukup padat seperti yang terjadi di simpul Kemang. Belum lagi di kawasan Kemang, pertumbuhan apartemen meningkat pesat. "Para pemilik apartemen ini tentu kalangan menengah ke atas yang punya mobil bisa lebih dari satu. Apa dipertimbangkan dampak setelah itu. Apakah pemerintah lakukan simulasi kepadatan lalu lintas yang terjadi," ujarnya.

Selain itu, setelah jalan layang dioperasikan, bisa jadi pengguna jalan dari arah Buncit dan Fatmawati beralih ke Antasari sehingga kepadatan semakin menjadi. "Tambah lagi tahun 2012, penggalian MRT akan dimulai pembangunan dari Fatmawati dan beralih ke Antasari. Mengerikan sekali ini. Apa dipikirkan?" ungkapnya.

Warga mengeluh

Saat ini, warga Antasari juga protes lantaran timbul polusi udara, debu, dan suara bising yang terjadi akibat proyek JLNT Antasari. "Setiap hari kami ada debu putih dan suara bising yang juga sangat mengganggu warga," keluh perwakilan forum warga Antasari, Tommy Tamtomo.

Agus memperkirakan akibat polusi yang sangat tinggi tersebut, daerah Antasari yang merupakan kawasan hunian akan semakin ditinggalkan warganya. Bahkan, kawasan itu bisa beralih fungsi menjadi kawasan komersial.

Oleh karena itu, Agus meminta pemerintah daerah untuk melengkapi dan menyempurnakan amdal proyek JLNT Antasari sehingga aktivitas warga tak terganggu. "Ada bolong-bolong di amdal ini bagaimana caranya pemerintah bisa penuhi. Yang belum dilakukan adalah dampak sosialnya yang sangat mengganggu. Saya minta pemda apa yang kurang bisa dibenahi sehingga warga tidak lagi dirugikan," katanya.

Seperti diketahui, panjang jalan layang Antasari yaitu 4,8 kilometer dengan lebar 17 meter untuk dua jalur di ketinggian 10 meter dari jalan eksisting. Rute jalan layang Antasari dari arah selatan ke utara yakni masuk Jalan Antasari menuju Brawijaya, Prapanca turun ke Wijaya I dekat kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Sementara rute utara ke selatan, masuk dari Lapangan Mabak Blok M, menuju Jalan Iskandarsyah, Prapanca, Brawijaya, dan turun di Jalan Pangeran Antasari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com