Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Azis Syamsuddin: Jakarta Tak Perlu Ahli!

Kompas.com - 11/04/2011, 19:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Partai Golkar, Azis Syamsuddin, menyatakan diri untuk maju sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Pria keturunan Yogyakarta, Palembang, dan Lampung ini akan memfokuskan pada program pengaturan tata ruang yang menjadi pangkal persoalan banjir dan macet di Ibu Kota.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Azis menuturkan, yang dibutuhkan Jakarta saat ini bukanlah pemimpin ahli. Tetapi, pemimpin yang mampu merangkul para ahli dan mampu bersikap cepat, tepat, dan tegas.

Berikut petikan wawancara Kompas.com yang dilakukan di Ruang Komisi III DPR, di sela-sela kesibukan Azis sebagai Wakil Ketua Komisi III:

Dari Golkar sudah ada tiga orang yang menjadi bakal calon DKI 1. Kalau pencalonan Anda sendiri sudah seberapa jauh dukungannya?

Kami dari partai (Golkar) memang ada tiga, yaitu Pak Prya Prya Ramadhani), Tantowi (Tantowi Yahya), dan saya. Di dalam internal partai saya diberikan kesempatan sama untuk maju, untuk memeroleh tingkat elektabilitas tertinggi yang nanti akan direkomendasikan partai untuk maju. Mekanisme partai itu melalui survei yang akan diambil dan akan diputuskan oleh DPP berdasarkan survei secara obyektif transparan dan akuntabel. Dan ini mekanisme yang slalu dilakukan partai berdasarkan AD/ART kita.

Kapan survei dilaksanakan?

Saya tidak tahu pasti. Bisa perkiraan Juni atau Juli, tergantung partai.

Menggunakan lembaga survei mana?

Nah, itu rahasia partai, jadi akurasinya memang benar-benar dijaga, sehingga tidak terjadi missed dalam hal-hal melakukan penilaian-penilaian.

Alasan pencalonan Anda sebagai Gubernur Jakarta bisa dijelaskan?

Saya mencalonkan diri sebagai gubernur karena ini merupakan bagian dari ibadah saya. Saya ingin baktikan pemikiran, pengalaman, perhatian untuk DKI. Saya ingin membuat Jakarta menjadi parameter yang baik bagi kota lain. Saya persiapkan diri untuk maju dan memohon ridho mengajak elemen masyarakat khusunya di DKI untuk mengutamakan budaya lokal, tanpa melupakan budaya lainnya.

Kalau sekarang sosialisasi sudah dilakukan sejauh mana?

Kalau kita internal langsung ke masyarakat. Istilahnya, kami cukup memberi tahu jajaran partai terutama Ketua Umum Partai Golkar, Bang Ical (Aburizal Bakrie). Bang Ical menyampaikan, kita akan melakukan dan memutuskan berdasarkan survei secara obyektif, transparan, dan akuntabilitas sampai akhirnya terpilih.

Respons Ketua Umum? Saya menyampaikan setahun lalu. Jadi, setahun lalu itu Bang Ical bilang, "Oke silakan", sepanjang survei itu nanti memutuskan dan memberikan masukan pada partai.

Kalau di antara tiga calon itu, ada juga besan Pak Ical. Apakah dengan kedekatan itu jadinya lebih berpeluang kepada Pak Prya?

Menurut pengamatan saya dan sepanjang perjalanan pilkada di sejumlah daerah, proses itu dilakukan secara obyektif, transparan, dan akuntabilitas. Pak Ical juga sangat menyerahkan pada survei.

Sudah ada rencana untuk mengumumkan secara resmi sekaligus menunjukkan tim-tim sukses pencalonan menjadi gubernur seperti kandidat lain?

Saya belum, secara resmi (tim sukses) ada. Cuma, saya masih concern bagaimana melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dengan menggunakan perangkat-perangkat yang ada. Dan itu merupakan strategi setiap calon. Kita yang penting konkret dan hasilnya bisa kita pertanggung jawabkan.

Sudah melakukan apa saja bentuk sosialisasi ke masyarakat?

Banyak, sudah banyak yang tim saya, terutama simpatisan saya, lakukan. Misalnya, melakukan aksi sosial seperti fogging, bagaimana meringankan warga yang lagi tertimpa masalah, misalnya dalam pelayanan ambulans gratis, sepeda santai, jalan sehat.

Setiap hari selalu ada agenda sosialisasi ini?

Setiap hari ada. Kalau fogging itu setiap hari kami lakukan bergiliran, kemudian ambulans tiap hari juga ada. Kalau jalan sehat, sepeda santai memang ada momen tertentu.

Selama turun ke masyarakat, bagaimana responsnya?

Kalau saya yang menyampaikan kesannya subyektif. Tetapi secara garis besar, keluhan masyarakat agar tidak sulit mencari kebutuhan pokok, harga terjangkau, keamanan, ketertibannya terjaga di tengah masyarakat. Kemudian anak-anaknya bisa sekolah, pada saat dia sakit butuh kesehatan bisa meringankan beban. Bagaimana pelayanan pemda saat butuh akta kelahiran, kemudian pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.

Biasanya persoalan putra daerah dalam pilkada juga cukup sensitif. Bagaimana dengan Anda sebagai keturunan Jawa dan Sumatera?

Saya ini memang campuran. Tetapi dari lahir di Jakarta tepatnya di RS Budi Kemuliaan. Pada saat itu orangtua saya tinggal di daerah Slipi, tepatnya di Kompleks BNI 46, di Jalan S Parman. Orangtua saya itu campuran Palembang, Lampung, dan Yogya. Jadi kalau dibilang saya orang mana, susah juga karena saya campuran. Tetapi lahir di Jakarta, kemudian saya SD di Singkawang, Kalimantan Barat. Ayah saya, kan, PNS di BNI. Kemudian sampai kelas 4(SD) saya di Singkawang lalu ke Tanjung Balai, Karimun. Lalu pindah ke Jember Jawa Timur. Saya sekolah di SDN Jember Lor 3. Kemudian melanjutkan di SMPN 3 Jember Tegal Boto. Lalu, SMA di SMAN 2 Padang.

Lanjut kuliah di  Universitas Andalas tapi tidak sempat selesai, ayah saya pindah ke Jakarta. Di Jakarta, saya lanjut kuliah di dua universitas, yaitu Fakultas Ekonomi Universitas Krisna Dwipayana dan Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Setelah itu, master hukum di Universitas Padjajaran, Master Finance di UWS Nepean, Sydney, Australia, dan S-3 hukum pidana di Unpad. Walaupun lahir di sini (Jakarta), tetapi besarnya kan pindah-pindah.

Seberapa jauh kecintaan Anda pada kota Jakarta?

Jakarta itu, kan, merupakan sekelumit impian dari orang daerah. Karena saya ini juga berasal dari daerah-daerah, karena sering pindah. Notabene, melihat Jakarta jadi parameter bagi daerah-daerah lain untuk jadi impian bagaimana mencari nafkah, sekolah bagus di Jakarta. Jadi banyak impian, semakin banyaknya keinginan orang pasti kompleksitas masalah menjadi lebih tinggi juga, dengan berbagai macam tujuan, latar belakang, budaya, bahasa, walaupun kita tetap harus mengedepankan kultur asli Jakarta, Betawi.

Bagaimaan dengan keluhan masyarakat akan banjir dan macet. Apa ada program yang disiapkan?

Satu, dalam hal mengatasi macet dan banjir. Ada permasalahan mendasar yang perlu kita lakukan yaitu tentang bagaimana memperbaiki atau membuat lebih efektif dan efisien terhadap pengelolaan infrastruktur dan planologi tata kota. Yang sekarang dilakukan sudah cukup baik. Harus kita lebih efektifkan dan efisienkan, contohnya bagaiamana penambahan ruas jalan. Penambahan ruas jalan itu bisa dua, secara horizontal melebarkan, atau secara vertikal dengan menambah angkutan umum seperti monorel atau MRT bawah tanah. Ini yang harus kita perbaiki, kita lihat kontur tanahnya seperti apa?

Jadi, penambahan jalan tetap dibutuhkan di Jakarta? Karena banyak juga yang mengklaim Jakarta makin macet justru karena makin banyak pembangunan jalan?

Makanya tadi saya sampaikan, alternatif itu ada dua. Satu, menambah ruas jalan secara horizontal bisa secara vertikal, bisa dengan monorel atau ke bawah dengan MRT. Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan, keamanan, dan ketenangan dalam menggunakan angkutan umum itu bisa terpenuhi atau paling tidak mendekati keinginan masyarakat.

Kalau bicara macet kan banyak faktor penyebabnya, termasuk banyaknya kaum komuter dari luar Jakarta yang masuk ke sini membawa kendaraan. Bagaimana dengan persoalan ini?

Nah, ini masalah keduanya. Terkait over populas. Menurut data, hampir rata-rata 250.000 penduduk luar Jakarta masuk ke Jakarta setiap hari. Kita bisa lihat kalau pagi orang masuk Jakarta itu penuh, demikian juga pas sore hari. Berarti berapa pergerakan dari kota penunjang Jakarta ini yang masuk pagi keluar sore? Jadi untuk mengatasinya bagaimana? Terminal. Angkutan umum dari luar kota ke dalam terminal induk. Kemudian angkutan dalam kota bisa busway, bisa monorel, MRT itu harus nyaman, aman. Dan paling penting tepat waktunya itu sehingga orang bisa memprediksi. Jadi tidak boleh orang hanya sampai dengan aman, selamat, dan nyaman aja, tapi bagaimana ketepatan waktunya. Dan kita berikan reward kepada supirnya. Ketepatan itu kan juga satu parameter reward.

Sistem Transportasi di Jakarta yang sudah ada ini, menurut Pak Azis bagaimana?

Angkutan yang sudah ada bagaimana. Contohnya Terminal Blok M, kemudian ada busway, tapi dari perumahan orang yang di Depok, menuju ke terminal busway di Blok M itu bagaimana? Menuju Lebak Bulus bagaimana? Subsidiary angkutan vital di luar Jakarta dengan yang menuju perumahan Jakarta itu yang harus dipertimbangkan. Sehingga kita dapat berikan kenyamanan, keamanan, ketenangan, dan tepat waktu. Selain itu, faktor populasi ini juga yang bisa memberikan dampak pada kesejahteraan. Bagaimana pendidikan anak mereka, kesehatan mereka, termasuk warga DKI juga. Di samping hal ini juga, dalam menjaga itu harus dilakukan kerja sama antara Pemda DKI dengan pemerintah lain, bisa pemerintah Jawa Barat atau Jawa Tengah.

Sehingga, masyarakat itu tidak perlu berduyun-duyun ke Jakarta dengan harapan dan cita-cita mereka untuk berdesak-desakan di Jakarta. Kan tujuan mereka itu mencari nafkah di Jakarta. Kalau kita sudah ada kemitraan kerja sama dengan kelompok masyarakat di daerah asalnya, seluruh hasil palawija, komoditi mereka dibeli kita. Kita jual di dalam Jakarta untuk masyarakat, dan pembayaraannya sudah dilakukan di daerah.

Kalau untuk warga yang menengah ke atas yang membawa kendaraan pribadi bekerja di ibukota, kebijakan apa yang paling tepat sehingga beban Jakarta tidak semakin meningkat?

Begini nanti, para pengendara kendaraan bermotor, mereka ini kan tidak bayar pajak di Jakarta. Bisa SIM Tangerang, Depok ya kan? Itu yang bisa dilakukan. Feed back-nya bisa dipakai untuk memperbaiki jalan-jalan di Jakarta juga. Jadi maksudnya angkutan dari luar Jakarta juga perlu dikenai pajak?

Kalau nanti angkutan umumnya sudah bagus, mereka akan berpikir untuk menggunakan. Kalau di kota-kota yang lebih maju, mereka pasti akan lebih enak pakai angkutan umum. Karena pajak yang mahal, simpel, dan parkirnya susah. Kan begitu? Sekarang kemacetan di sini juga karena parkir sembarangan, yang sebenarnya areal bukan untuk parkir jadi parkir, areal bukan untuk dagang jadi tempat dagang. Sehingga crowd lalu lintas terfokus di sana.

Angkutan umum dulu diperbaiki, baru membatasi kendaraan secara simultan. Sehingga, kepemimpinan DKI harus orang yang punya ketanggapan. Harus orang yang tanggap, cepat, tepat, dan harus tegas. Yang sekarang menjadi masalah ada pada leadership, manajemennya. Karena kalau ditanya ahli planologi, saya bukan ahlinya, bukan bidang saya. Tapi bagaimana caranya kita me-manage ini untuk kita lakukan manajemen terhadap ahli-ahli. Perlu seorang leader yang tanggap, cepat, dan tegas untuk merajut para ahli ini.

Bagaimana untuk menjaga eksistensi komunitas Betawi?

Budaya setempat yang notabene pusat kebudayaan herritage dari DKI harus kita jaga sehingga itu bisa menjadi kebanggaan dan ciri khas kota Jakarta dengan tetap menghargai kultur budaya lain. Misalnya dengan beberapa event tertentu kita adakan event-event budaya. Tempat bersejarah harus kita jaga, baik tempatnya dan bentuknya.

Dalam berkampanye akan merangkul komunitas Betawi?

Ya harus. Semua masyarakat akan kita rangkul. Kita ajak, kalau Insya Allah saya diberikan amanah oleh Allah, saya tidak akan bisa menjalankan amanah itu sendiri kalau tidak didukung team work. Siapa team work-nya? Seluruh anggota masyarakat. Saya tidak akan memberikan janji, tetapi saya akan janji kepada Allah SWT.

Soal penanganan banjir, bagaimana?

Yang harus dilakukan adalah melakukan pendekatan humanis, pendekatan keindahan dan kebersihan. Kita harus sadarkan kepada warga DKI untuk meningkatkan hidup budaya kota. Budaya kota itu seperti buang sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan misalnya di tiap rumah ada pohon supaya menjaga ketersediaan air tanah. Perumahan-perumahan juga jangan dijadikan wilayah bisnis. Harus tegas. Kalau yang melanggar bisa diuruk lagi. Ini semua untuk kepentingan bersama. Saat ini, Jakarta menurut saya masih belum mencapai titik nyaman sebagai tempat tinggal. Untuk mencapai tujuan, itu tidak bisa diprediksi karena kemacetan semakin parah. Kalau selalu banjir, maka Jakarta akan semakin tidak nyaman. Sementara untuk yang tinggal di pinggiran kali, kita harus melakukan pendekatan persuasif, mengajak mereka untuk relokasi (pindah). Kita buat mereka pindah ke rusun (rumah susun). Perusahaan-perusahaan juga kit ajak untuk mengeluarkan CSR dengan memberikan pelatihan ketenaga kerjaan dan pemahaman lingkungan kepada masyarakat pinggir kali ini. Untuk sektor pendidikan?

Kasih kesempatan seluas-luasnya warga untuk merasakan pendidikan. Dengan tingkat kehidupan yang keras, multi etnis, multi bahasa, makanya Jakarta itu harus kompetitif. Untuk persiapan kompetisi ini, sumber daya manusia harus berkualitas. Caranya? Dengan mengajak juga pihak swasta melakukan CSR seperti pelatihan, keterampilan, hingga bantuan pendidikan.

Jika diberi kesempatan menjadi Gubernur, Pak Azis melihat Jakarta menjadi kota yang bagaimana?

Saya niatkan untuk memperbaiki Ibukota negara. Karena Jakarta merupakan cerminan bangsa Indonesia di dunia internasional. Saat ini kesemrawutan masih terlihat di Jakarta. Hal ini jangan terjadi lagi, harus kita tekan. Harus di-speed up pembangunannya. Untuk itu, perlu pemimpin yang tanggap, tepat, dan tegas membuat kebijakan. Peningkatan pelayanan publik juga perlu dilakukan. Kuncinya, reformasi birokrasi dimulai dari jajaran atas hingga ke bawah dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan. Bagaimana dengan dukungan keluarga atas pencalonan Pak Azis ini?

Pencalonan saya ini justru tercetus dari rumah yakni dari orang tua. Dari situ, saya meminta izin kepada bapak saya untuk maju jadi calon gubernur. Keluarga Alhamdulillah mendukung penuh. Karena pada dasarnya yang saya jalani ini sebagai ibadah.

Apa nanti tidak akan mengganggu waktu untuk keluarga karena akan semakin sibuk?

Suatu pekerjaan itu dirasa berat, kalau kita merasakan itu berat. Kalau tidak, pasti akan biasa saja. Semuanya tergantung niat. Insya Allah saya sanggup menjalani keduanya (keluarga dan pekerjaan). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com