Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Meski Macet, Jakarta Tetap Favorit

Kompas.com - 22/06/2011, 16:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa suruh datang Jakarta... Selarik lagu yang biasa dilempar untuk warga Jakarta yang mengeluhkan kemacetan dan banjir di Jakarta. Nyatanya, walau macet, banjir, polusi, menyambut pendatang Jakarta, Kota Jakarta tetap memberikan daya tarik wisata bagi wisatawan asing maupun domestik.

Ada banyak alasan para wisatawan untuk pelesir ke Jakarta. Sebagian besar memang datang untuk urusan bisnis. Menurut Wakil Ketua ASITA DKI Jakarta, Rudiana, tak bisa dipungkuri bahwa Jakarta adalah ibukota.

"Banyak yang datang untuk bisnis. Target utama wisatawan yang datang ke Jakarta memang untuk urusan bisnis. Di waktu senggang, para pebisnis baru jalan-jalan," katanya kepada Kompas.com, Rabu (21/6/2011). Sehingga, lanjutnya, para pebisnis merupakan pasar besar untuk wisata Jakarta.

Jakarta juga menjadi surga belanja bagi wisatawan asing. Negara-negara tetangga seperti Brunei, Singapura, dan Malaysia, menganggap Mangga Dua dan Tanah Abang sebagai surga belanja.

"Orang Brunei, Singapura, dan Malaysia, mereka wisata belanja di Jakarta. Walau demam sekarang belanja di Bandung. Tapi tetap Jakarta masih ramai. Mereka menganggap Tanah Abang itu pusat perdagangan di Jakarta. Juga pusat untuk busana Muslim. Kebalikannya kita orang Indonesia malah belanja ke Singapura," jelas Rudiana.

Jangan lupakan mal-mal yang bertebaran di Jakarta. Wisatawan domestik menganggap kunjungan ke mal di Jakarta sebagai sesuatu kewajiban. Sementara wisatawan asing pun tak melewatkan berwisata kuliner di mal.

"Di Jakarta banyak sekali mal dan sangat besar. Juga ada banyak tempat makan di dalam mal. Di tempat saya, hanya sedikit restoran cepat saji di dalam satu mal. Saya senang ke mal di Jakarta karena bersih apalagi jika dibandingkan dengan kotanya itu sendiri," kata Jordan, turis asal Amerika Serikat.

Belum lagi kini Jakarta ramai konser musik. Penyanyi-penyanyi kelas dunia tampil di panggung-panggung Jakarta dengan penonton yang terkenal fanatik. Ini pun menjadi daya tarik wisatawan asing apalagi wisatawan domestik.

"Tiap tahun saya datang ke Java Jazz Festival. Bersama teman-teman, kami membeli paket untuk nonton Java Jazz. Ada beberapa travel agent di Malaysia yang menjual paket wisata khusus untuk ini," kata Izwan dari Malaysia. Ia menuturkan di Malaysia tidak ada acara musik Jazz sebesar seperti di Jakarta.

Daya tarik lainnya tentu saja bangunan-bangunan tua di Jakarta. Menurut Rudiana, Old Batavia Tour yang merupakan paket wisata special interest masih diminati wisatawan. "Tapi kebanyakan turis asing, kalau orang Indonesia kurang suka dengan museum," katanya.

Wisatawan asal Eropa, lanjut Rudiana, masih banyak yang datang ke Jakarta untuk tujuan nostalgia. Mereka umumnya mengambil paket Batavia Tour yang berisikan kunjungan ke museum-museum dan Kota Tua Jakarta. "Wisatawan Eropa biasa booking lewat travel agent dari jauh-jauh hari," katanya.

Hal senada seperti diungkapkan Hohman, turis asal Jerman. Saat berkunjung ke Jakarta, ia sengaja mampir ke Kota Tua Jakarta untuk merasakan pengalaman wisata sejarah. "Sangat cantik dan begitu kontras dibanding daerah lain di Jakarta. Seperti berada di tempat lain saja," ungkapnya.

Lalu bagaimana dengan wisatawan domestik? Dalam rangka HUT Jakarta ke-484, aneka kegiatan wisata tengah diselenggarakan. Salah satunya adalah Jakarta Great Sale dan Jakarta Fair 2011. Rudiana menuturkan momennya yang sangat tepat yaitu liburan sekolah dan program belanja yang penuh diskon.

"Yang paling besar terasa Jakarta Fair. Banyak yang datang dari sekitar Jakarta seperti Bogor, Bandung, dan Banten untuk ke event ini. Sedangkan Jakarta Great Sale, airlines dan mal memberi potongan harga untuk wisatawan yang datang ke Jakarta. Signifikan acara itu cukup lumayan untuk menolong kedatangan wisatawan domestik," jelas Rudiana.

Selain itu ikon-ikon kota Jakarta masih menjadi favorit wisatawan domestik. Ikon-ikon tersebut antara lain Ancol, TMII, dan Monas. Rudiana mengatakan wisatawan domestik luar Pulau Jawa seperti Makassar dan Medan masih mengincar ikon-ikon wisata Jakarta tersebut. Walaupun, tuturnya, keluhan utama para wisatawan tentu saja kemacetan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com