Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulah Angkot Perparah Macet

Kompas.com - 05/08/2011, 02:57 WIB

Jakarta, Kompas - Ulah sopir angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang seenaknya memperparah kemacetan di Jakarta. Kemacetan yang terjadi di beberapa ruas jalan yang menyempit karena badan jalannya dipakai untuk pembangunan jalan layang dan tol juga semakin parah akibat ulah para sopir angkutan umum itu.

Jalan di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan, misalnya, tidak hanya macet karena sebagian badan jalannya dipakai untuk pembangunan jalan layang Kampung Melayu-Tanah Abang. Namun, banyaknya mikrolet yang berhenti semaunya di sepanjang jalan itu juga menyebabkan kemacetan semakin parah.

Kondisi serupa terjadi di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, yang kini tengah dibangun jalan tol akses Pelabuhan Tanjung Priok. Sudah sepekan ini, hampir setiap hari terjadi kemacetan di ruas jalan yang mendekati Pelabuhan Tanjung Priok itu.

Kepala Bagian Operasi Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Latif Usman, Kamis (4/8), mengatakan, ketidakdisiplinan sopir angkutan umum itu masih sulit ditangani. Padahal, polisi sudah berupaya membuat mereka jera dengan tidak segan-segan melakukan penilangan kepada sopir pelanggarnya.

”Khususnya, pengemudi mikrolet. Ini yang paling banyak melanggar. Selain sembarangan mengetem, juga sembarangan menaikkan dan menurunkan penumpang,” katanya.

Latif menyebutkan, selama dua minggu diselenggarakan Operasi Patuh Jaya 2011 pada Juli lalu, ada 17.500 lebih sopir mikrolet yang kena tilang. Namun, sampai saat ini sebagian besar sopir mikrolet itu masih saja belum bisa tertib.

Sistem buka-tutup

Sementara untuk mengatasi kemacetan di Jalan Yos Sudarso akibat pembangunan jalan tol akses Pelabuhan Tanjung Priok, diterapkan sistem buka-tutup. Arus kendaraan di Jalan Yos Sudarso ke arah Pelabuhan Tanjung Priok diberikan kesempatan melintas secara bergantian dengan kendaraan dari Jalan Enggano.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Jakarta Utara Komisaris FH Matondang mengatakan, sistem buka-tutup itu tak diterapkan setiap waktu, tetapi hanya pada waktu arus kendaraan padat pada pagi dan sore hari. Sistem itu juga diterapkan saat ekspor barang di Pelabuhan Tanjung Priok berlangsung, yang biasanya menyebabkan arus kendaraan dipadati truk trailer.

”Biasanya hari ekspor itu berlangsung Kamis sampai Sabtu,” katanya.

Matondang mengatakan, pihaknya juga menerjunkan beberapa personel untuk mengurai simpul-simpul kemacetan di Jalan Yos Sudarso yang biasanya terjadi di pertigaan Papanggo dan Plumpang. Kemacetan di dua lokasi itu, diakui, lebih disebabkan oleh angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang seenaknya.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Royke Lumowa mengatakan, ketidakdisiplinan sopir angkutan umum memang masih menjadi penyebab utama kemacetan di Jakarta, di samping jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. ”Sampai saat ini, sebagian besar sopir angkutan umum itu sulit untuk tertib,” katanya.

Untuk mengatasinya, pihaknya secara rutin menerjunkan personel untuk memperlancar arus lalu lintas. Hanya memang, dari 747 titik rawan macet yang tersebar di 58 ruas jalan, menurut dia, baru 407 titik yang dapat ditangani atau dipantau polisi lalu lintas.

Namun, ironinya, kata Royke, angkutan umum ke beberapa daerah pinggiran kota Jakarta masih sangat minim, yakni 59.047 minibus (semacam mikrolet dan metromini), 38.118 sedan/taksi, dan 12.109 bus.

Akibatnya, para pelaju memilih menggunakan kendaraan pribadi. Padahal, lanjutnya, setiap hari ada 20,7 juta orang yang keluar-masuk Jakarta.

(RTS/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com