Rasa penasaran terjawab hari Kamis (19/8) pagi
Petugas Dinas Kesehatan Depok sebelumnya tidak yakin ketika menerima pengakuan pedagang pemakai bahan berbahaya di sejumlah sekolah di Kota Depok. Pada Mei lalu, ketika petugas dinas kesehatan memeriksa bahan makanan, mereka mengaku membeli beragam jenis bahan berbahaya dari Pasar Agung.
Saat berada di pasar itu, tim tidak kesulitan menemukan sekitar 100 bungkus boraks di lapak-lapak pedagang. ”Ini tidak bisa dibiarkan. Agar ada efek jera,” kata Kepala Seksi Pengawas Obat dan Makanan (POM) Dinas Kesehatan Kota Depok Yulia Oktavia, Jumat (19/8), kepada Kompas.
Tidak jelas sejak kapan boraks beredar bebas di Pasar Agung. Siapa pun dapat membeli bahan berbahaya ini dengan harga Rp 1.000 per bungkus.
Boraks adalah bahan pembersih lantai, pengawet kayu, dan pembuat kaca yang seharusnya hanya boleh dijual di toko bahan kimia. Namun, boraks ini sering disalahgunakan sebagai campuran bahan makanan, seperti bakso, mi basah, cincau hitam, dan lontong. Dampak dari mengonsumsi bahan ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada otak, hati, dan jaringan lemak.
Tim banyak menemukan bahan makanan yang memiliki kandungan boraks cukup tinggi, seperti tepung pembuat bakso, kerupuk merah, dan cincau
Dalam kemasan tepung pembuat bakso merek Kofta tertera iklan bahwa bahan tersebut dapat menjadikan bakso lebih enak dan tahan lama. Setelah diteliti, ternyata tepung tersebut memiliki kandungan boraks cukup tinggi. Tepung ini, anehnya, memiliki kode produksi, masa kedaluwarsa, nama produsen, dan kode izin dari Kementerian Kesehatan RI 206317401107.
”Agar lebih meyakinkan, kami menelusuri asal-muasal bahan ini dengan meminta bantuan Pemerintah Provinsi DKI sebab produsen bahan ini ada di Jakarta. Bahan ini juga sedang kami uji di laboratorium,” kata Yulia.
Sama halnya dengan boraks, tepung bakso ini dijual pedagang dengan harga cukup terjangkau, kurang dari Rp 5.000 per bungkus kemasan 32 gram.