”Omprengan, kan, tumbuh karena pekerja, terutama yang bekerja malam, yang tidak mendapatkan layanan dari angkutan resmi. Belum lagi sifat layanan omprengan yang fleksibel, bisa langsung mengantar ke lokasi yang dituju penumpang,” katanya.
Hendricus menuturkan, susah kalau hanya mengandalkan pemerintah untuk mengatasi problem transportasi di Jakarta. Kota, termasuk warga yang tinggal di dalamnya, harus bisa menata dirinya sendiri.
Pengusaha pemilik gedung atau perusahaan, misalnya, dapat menjalin kerja sama dengan Organda untuk mengangkut karyawannya. Pola seperti ini banyak dilakukan kota-kota lain, seperti Adelaide dan Sydney, di Australia. ”Bus shuttle, kan, mahal. Makanya, perusahaan yang mempekerjakan karyawan bisa bekerja sama dengan Organda dengan mikrolet-mikroletnya,” kata Hendricus.
Warga pun bisa berinisiatif membangun jaringan komunitas antarmereka, misalnya karyawan yang tinggal di kawasan BSD dapat menggunakan layanan antarjemput. Ada solusi untuk setiap masalah. Tinggal mau atau tidak menerapkannya. (IAM/CAS/FRO/NUT/TOK/art/arn)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.