Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Keprihatinan Saat "Gowes"

Kompas.com - 02/11/2011, 22:21 WIB
Imanuel More

Penulis

KOMPAS.com - Keprihatinan akan nasib orang lain lazimnya muncul dari kebiasaan sederhana. Itu pula yang dialami Abdul Rohim (42), perintis komunitas penyapu ranjau paku yang lebih dikenal sebagai Komunitas Saber.

Pria yang sudah empat tahun menjadi sopir seorang pengusaha ini saban pagi dan sore hari bergowes ria menyusuri Jalan Daan Mogot antara kontrakannya di Pedongkelan, Cengkareng Timur dan rumah bosnya di Green Garden, Kedoya Utara.

Dengan bersepeda santai, ia dapat melihat lebih jelas begitu banyak potongan-potongan paku dan logam sejenis di sepanjang jalan yang dilaluinya. Ia pun menyadari adanya bahaya yang mengancam pengendara sepeda motor yang seakan selalu berebutan melewatinya.

"Awalnya, pas ketemu, saya cuma menggeser (paku-paku) ke pinggir biar nggak ada yang celaka," tutur Rohim. Lama kelamaan, ia menyadari bahwa paku-paku yang telah dipinggirkan pada pagi hari telah kembali ke tengah jalan di sore hari sepulang kerja. Dari kebiasaan tersebut ia juga bisa mengidentifikasi lokasi-lokasi yang kerap ditaburi paku.

Bapak empat anak ini kemudian menduga ada kemungkinan paku-paku tersebut sengaja ditebar oleh oknum yang kurang bertanggung jawab. Ia lantas berinisiatif untuk lebih cermat mengamati situasi jalan sekitarnya.

Dugaan Rohim tidak keliru. Ia jadi sering berpapasan dengan orang-orang tertentu yang sering membuang bungkus korek api di jalan raya. "Itu salah satu modusnya, membuang bungkus korek api berisi paku sambil melintas cepat di antara kendaraan lain," simpul Rohim.

Salah seorang yang kerap berpapasannya adalah pria penabur paku yang hampir dihakimi massa di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, dua pekan lalu. "Saat berpapasan, saya coba kuntit dia. Ternyata benar, dia membuang beberapa bungkus korek api," kisah Rohim.

Ia lantas menelpon seorang temannya. Keduanya menunggu oknum itu di salah satu lokasi rawan ranjau paku. Dugaan mereka tepat. Beberapa saat kemudian muncul pria yang ditunggu. Bersama temannya, mereka menghentikan kendaraan pria itu. Saat diperiksa, di kantong celananya ditemukan tiga bungkus korek api berisi paku. Mereka lantas memintanya untuk memanggil otak penebar paku.

"Bosnya ternyata pemilik warung nasi dan tambal ban. Di dekatnya, ada sekitar lima tambal ban lain. Semuanya anak buah dia," terang Rohim. Mereka memiliki dua kelompok penebar paku, masing-masing beroperasi di pagi dan malam hari di seputaran jalan Daan Mogot.

Temuan itu lantas dilaporkan kepada pihak kepolisian. Sayang, warga sekitar yang terlanjur geram sempat mendahului aparat dengan menghakimi si penebar ranjau. "Motornya dibakar warga. Untung bosnya bisa melarikan diri," kata Rohim.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com