Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Manusia Berpangkal dari Korupsi

Kompas.com - 29/11/2011, 16:27 WIB
Didit Putra Erlangga Rahardjo

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Amerika Serikat baru menyadari bahwa negerinya bermasalah dengan perdagangan manusia sejak 2000-an. Kesadaran tersebut mulai mengemuka setelah munculnya kasus perbudakan tahun 1700-an.

"Amerika Serikat baru memiliki undang-undang mengenai perdagangan manusia pada tahun 2000," kata Terry M Kinney, penuntut umum federal dari Amerika Serikat yang hadir di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, untuk berbagi ilmu dengan mahasiswa Fakultas Hukum, Selasa (29/11/2011).

Kinney mengemukakan, perdagangan manusia menjadi masalah serius karena imbasnya bisa kepada dunia prostitusi, prostitusi anak, buruh ilegal, pengemis, hingga pembantu rumah tangga.

Beberapa kejahatan yang timbul dari perdagangan manusia adalah kejahatan domestik, prostitusi, pemerasan, pencucian uang, pelanggaran pajak, pemalsuan izin tinggal, kekerasan, pelanggaran keimigrasian, ancaman kekerasan, hingga pengiriman narkotika. Akan tetapi, kata Kinney, pangkal masalah dari perdagangan manusia adalah korupsi.

"Perdagangan manusia bisa terjadi karena petugas yang korup, hakim yang korup, hingga pejabat di semua lini. Perdagangan manusia takkan mungkin terjadi tanpa ada korupsi," ungkapnya.

Salah satu kasus perdagangan manusia yang pernah ditangani Kinney dengan tersangka Alex Mishulovich pada tahun 1995. Mishulovich membujuk enam gadis muda dari Latvia dengan janji bekerja sebagai pelayan di sebuah klub di Chicago dengan bayaran 60.000 dollar AS (sekitar Rp 550 juta) setiap tahun.

Kinney membantah mitos bahwa perdagangan manusia hanya menimpa orang berpendidikan rendah karena korbannya ternyata ada yang seorang pengusaha yang tergiur untuk hidup sejahtera di AS.

Sesampainya di AS, impian enam gadis muda itu buyar. Mishulovich menyita paspor mereka dan memaksa agar menuruti kemauannya. Bila tidak, para gadis akan diserahkan dengan ancaman pelanggaran visa. Keluarga mereka juga diancam untuk disakiti.

Di klub tersebut, para gadis diminta bekerja sebagai penari telanjang hingga pekerja seks komersial. Sempat ada yang kabur, tetapi kemudian tertangkap kembali dan dihajar di depan gadis lainnya.

Sewaktu Mishulovich tertangkap, Kinney pun kesulitan menyadarkan pihak pengadilan yang masih belum memercayai bahwa perbudakan masih ada. Pandangan tersebut akhirnya diakui setelah didapatkan bukti bahwa Mishulovich berencana untuk menjual gadis yang sudah ditipunya dengan harga 10.000 dollar AS (sekitar Rp 91 juta) per orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com