Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerkosaan Bukan di Angkot

Kompas.com - 24/01/2012, 03:34 WIB

Jakarta, Kompas - Hingga Senin (23/1), tim penyidik Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan masih menelusuri tempat Jsm (18) mengalami pemerkosaan. Lokasi belum pasti karena korban dipukul sampai pingsan sehingga tidak mengetahui di mana dirinya mengalami peristiwa keji itu.

”Sampai saat ini, korban masih trauma. Kami harus pelan-pelan meminta keterangannya. Yang pasti, hasil visum membuktikan ia memang korban pemerkosaan,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Senin siang.

Ia menegaskan, korban tidak diperkosa di dalam angkutan kota (angkot) dan pelakunya juga bukan atau tidak berpura-pura sebagai penumpang atau sopir angkot. Korban bertemu pelaku saat menunggu angkot jurusan Ciledug-Ciputat di lokasi yang menjadi tempat naik-turun penumpang angkot, tak jauh dari Stasiun Kereta Api Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat sekitar pukul 21.00.

”Saat itu ramai orang lalu lalang. Saat menunggu angkot itu, korban merasa diawasi lima laki-laki. Karena takut, korban lalu menghindar. Para pelaku justru mengejar dan menangkapnya,” tutur Rikwanto.

Aktivitas di sekitar lokasi pemerkosaan memang ramai pada siang hari. Namun, sebaliknya, pada malam hari, kawasan tersebut sepi dan minim pencahayaan. Hal ini diakui Rusdi (60), penyedia jasa jahit sepatu di sekitar Stasiun Kebayoran Lama. Menurut dia, penerangan di sekitar Stasiun Kebayoran Lama masih kurang.

Di sekitar lokasi pemerkosaan malah hampir tak ada penerangan. Kawasan itu dihuni para pengumpul barang bekas.

Di pinggir rel

Belum jelas apakah ketika dikejar pelaku, korban sempat berteriak minta tolong. Yang pasti, korban jatuh dan pingsan karena seorang pelaku memukul bagian kepala belakang atau tengkuk korban.

Korban baru sadar kembali pada Sabtu dini hari dalam posisi telentang di pinggir rel kereta api. Saat itu, pakaian korban lengkap, hanya retsleting celananya terbuka dan pada perutnya terdapat cairan yang diduga cairan sperma. Rasa sakit menjalar dari organ vitalnya.

Korban yang dalam keadaan bingung dan pusing akhirnya bisa kembali pulang ke tempat kosnya di Ciledug. Korban pun bercerita kepada temannya, yang kemudian membawanya melapor ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Minggu dini hari.

”Masih banyak keterangan yang belum lengkap karena korban masih trauma berat. Namun, kejadiannya bermula pada Jumat malam saat korban berencana berkunjung ke rumah kerabatnya di Pamulang, Ciputat. Korban yang tengah libur kuliah berencana menginap di rumah kerabatnya itu,” kata Rikwanto lagi.

Setelah naik angkot jurusan Tangerang-Ciledug, korban turun dari angkot itu di dekat Pasar Kebayoran Lama. Sebab, ia harus berganti angkot ke Pamulang dengan angkot jurusan Kebayoran Lama-Ciputat.

”Dia sangat lemah. Kami ingin memulihkan kondisi mentalnya dahulu. Hari ini sudah ada psikolog yang mendampinginya,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Budi Irawan.

Lantaran mentalnya sedang terganggu, kata Budi, Jsm belum dapat memberikan keterangan maksimal. Selain psikolog, tim penyidik juga meminta orangtua korban mendampingi. Sampai Senin petang, katanya, orangtua Jsm sedang dalam perjalanan dari Riau menuju Jakarta. Jsm merupakan mahasiswa akademi kebidanan di kawasan Jakarta Selatan.

Tidak aman

Erita Nurhetali, Koordinator Psikologi Terapan Intervensi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyayangkan minimnya keamanan di ruang publik. Akibatnya, perempuan sering menjadi korban tindak kekerasan.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan (Komnas Perempuan) meminta semua pihak, termasuk Presiden, mendesak pihak berwenang agar serius menangani kasus ini. Kepolisian diminta melakukan terobosan radikal untuk pencegahan dan penanganan agar kasus serupa tak terulang. Instansi terkait wajib memberikan perlindungan dan jaminan perawatan medis ataupun pemulihan trauma bagi korban.

”Kementerian Perhubungan, termasuk Dinas Perhubungan DKI, wajib berbenah, termasuk dalam pengamanan fasilitas naik-turun penumpang, sehingga bisa memulihkan rasa aman perempuan,” kata Ketua Kompas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah. (NDY/NEL/RTS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com