Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pengedar Narkoba ke Perampok Angkutan Kota

Kompas.com - 31/01/2012, 06:32 WIB
Ambrosius Harto Manumoyoso

Penulis

Seakan tidak puas ditambah sukses dalam perampokan pertama, komplotan ini melancarkan aksi berikutnya empat hari kemudian. Di aksi kedua, Budi, Agus, dan Iwan kembali naik angkutan 121 dari Jalan Baru TB Simatupang ke arah Cileungsi. Dalam aksi itu, Ongen tidak ikut. Saat itu, angkutan berisi empat perempuan dan dua lelaki penumpang.

Saat angkutan berada di Jalan Tol Jagorawi di dekat jembatan JORR 3, ketiga perampok mengeluarkan senjata dan menodong sopir dan para penumpang. "Sopir berhenti! Kamu diam saja !," kata Budi yang mengancam sopir saat aksi itu. Sementara itu, Iwan juga mengeluarkan arit dan menodong para penumpang.

"Diam semua! Saya hanya minta barang kamu!," kata Iwan seperti dalam aksi sebelumnya yang memerintahkan penumpang menyerahkan barang berharga kepada Agus.

Nah, Agus menerima barang-barang berharga itu yakni lima tas, Rp 1,524 juta uang tunai, lima telepon seluler, tujuh paket alat terapi, lima kartu ATM, dan empat KTP. Setelah itu, perampok turun, menyeberang jalan, dan menyetop taksi serta melarikan diri diduga ke arah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Saidal menyatakan, para korban bergegas melapor ke kantor polisi terdekat seusai kejadian. Dari keterangan saksi, identifikasi, dan penyelidikan, petugas berhasil membekuk para pelaku di Ciracas dan Pasar Rebo secara terpisah dan dalam waktu yang juga terpisah pada Kamis (26/1/2012).

Salah satu tersangka, Iwan, melawan saat hendak ditangkap padahal petugas sudah memberi tembakan peringatan dua kali. "Kami terpaksa memberi tembakan untuk melumpuhkan di paha kanan," kata Saidal.   Mantan Pengedar            

Saat ditanya wartawan, Agus, Ongen, dan Budi mengaku sebelum menjadi perampok ialah pengedar narkoba. Mereka mengklaim tidak saling kenal walaupun tinggal di Ciracas dan Pasar Rebo. Mungkin mereka adalah pengedar narkoba jenis sabusabu dan ekstasi secara lokal.            

Karena tertangkap dan dijebloskan bersama-sama di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, mereka akhirnya berkenalan dan berteman. Persahabatan terus berlanjut bahkan selepas mereka menyelesaikan masa hukuman.  "Awalnya kami tidak ingin merampok," kata Agus.            

Selepas keluar dari LP, mereka sangat kesulitan mendapat pekerjaan. Untuk kembali ke pekerjaan awal sebagai tersangka narkoba, mereka gentar sebab khawatir kembali tertangkap dan dihukum lebih berat.            

Di sisi lain, kebutuhan keluarga amat mendesak untuk dipenuhi. Dari situlah timbul keinginan untuk berkomplot dan melancarkan aksi perampokan. Mereka memilih merampok angkot yang melalui jalan tol dengan perkiraan lebih mudah dilakukan, tidak terlalu dicurigai, dan kurang pengawasan. "Sengaja kami pilih waktu malam," kata Budi menambahkan.            

Waktu malam, selepas pukul 21.00 WIB, angkot masih ramai sebab saat itu banyak calon penumpang baru pulang dari bekerja. Mereka pun memilih angkot yang ramai dengan tujuan mendapat hasil jarahan yang banyak.            

Petugas kini masih menyelidiki kemungkinan keterkaitan komplotan ini dengan komplotan perampok lainnya. Apalagi, angkot masih menjadi tempat terjadinya tindak pidana kejahatan antara lain pemerkosaan, perampokan, hingga pembunuhan.            

"Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan dan bahu membahu memberantas kejahatan," kata Saidal mengimbau. (Ambrosius Harto Manumoyoso)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com