Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta "Dua Lantai" ala Jabodetabek

Kompas.com - 17/02/2012, 10:00 WIB

”Ya, itu takdir, ya. Di dalam kereta juga bisa sesak napas dan meninggal juga,” ujar Boy lagi.

Boy mengaku pernah melihat seorang penumpang yang memegang pantograf kereta. Penumpang ini kesetrum dan tangannya gosong. Kali lain, ada penumpang yang jatuh di sambungan kereta saat akan turun.

Manajer Senior Keamanan PT KAI Daop I Akhmad Sujadi mencatat 37 kasus penumpang jatuh dari atap sepanjang tahun 2011. Sebanyak 7 orang meninggal, 4 kesetrum, dan sisanya luka-luka. Tahun 2012 ada 6 kejadian dengan 5 korban meninggal dan 2 orang terluka.

Namun, angka statistik ini tidak membuat gentar penumpang di atap. Barangkali hanya hujan deras yang bisa membuat penumpang di atap ikut berjejal di kabin penumpang. Sebab, ada potensi sambaran petir dan setruman listrik yang membuat mereka khawatir.

Memilih melaju

Arif (21) memilih melakoni keseharian pergi-pulang Bogor-Jakarta. Atap kereta juga menjadi pilihannya. Pekerja di sebuah toko di kawasan Kota ini pernah menyewa kamar di Angke. Dia harus merogoh kocek Rp 250.000 per bulan untuk sebuah kamar sempit berukuran sekitar 2 meter x 3 meter.

Pengeluarannya itu masih ditambah ongkos sekali ke kamar kecil Rp 1.000 serta mandi atau kakus Rp 2.000. ”Kalau ditotal, pengeluaran saya lebih dari Rp 500.000 sebulan,” ucapnya.

Dibandingkan dengan ongkos KRL ekonomi sekitar Rp 100.000 sebulan, biaya hidup di Jakarta teramat mahal untuk pekerja yang bergaji tidak sampai Rp 1 juta per bulan. Di Bogor, Arif tidak perlu mengeluarkan uang sewa untuk perumahan karena dia tinggal bersama orangtuanya. Opsi lain adalah membeli rumah atau rumah susun di Jakarta. Namun, opsi itu masih sebatas mimpi bagi pekerja seperti Arif.

Sebenarnya penumpang di atap ini tidak menolak naik di kabin penumpang jika saja armada yang ada memadai.

Nasib yang lebih baik dialami Faisal (28). Pekerja di kawasan Proklamasi, Jakarta Pusat, ini kini bisa naik KRL Commuterline bertarif Rp 7.000 dari Citayam ke Manggarai. Dulu, dia juga masih duduk di atap kereta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com