Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pembunuhan Bos Sanex Steel

Kompas.com - 29/02/2012, 15:35 WIB
Sabrina Asril

Penulis

Sumber Kompas.com menyebutkan bahwa perseteruan Arifin dengan Ayung membuat Arifin keluar dari Sanex. Sedangkan kasus kepemilikan saham ini berjalan ke meja hijau hingga pada tahun 2011, majelis hakim memutuskan bahwa kasus itu adalah kasus perdata dan sama sekali tidak ada unsur pidananya.

Setelah ada keputusan hukum tetap, komposisi kepemilikan saham kemudian berubah. Komposisi kepemilikan saham kemudian berubah menjadi Ayung dengan 8.610 lembar saham, Kong Tju Yun 7.140 lembar saham, dan Rudi Santoso 3.150 lembar saham. Ayung tetap pemilik saham mayoritas bahkan meningkat setelah Arifin keluar dari perusahaan.

Setelah itu pada tahun 2010, nama Sanex Steel Indonesia berubah menjadi Power Steel Mandiri setelah Kong Tju Yun juga memutuskan keluar dari perusahaan. Perusahaan yang terletak di Jalan KH Syech Nawawi Blok A Nomor 1, Kawasan Industri Tiga Raksa, Cikupa, Tangerang, Banten, ini kemudian semakin berkembang.

Hingga kini, sudah ada 1.000 karyawan yang dipekerjakan. Bisnis Ayung di bidang peleburan besi baja pun berkembang. Carel mengakui bahwa Sanex juga mulai mengerjakan pengolahan besi-besi tua menjadi billet. Billet itu yang nantinya bisa dioleh menjadi besi beton.

Dari bisnis senjata, permata, ke jembatan

Dengan semakin berkembangnya bisnis Ayung, pria itu juga mulai sayap bisnisnya di bidang lain. Sumber Kompas.com mengatakan, Ayung juga memiliki bisnis permata di Kalimantan Selatan. Selain itu, Ayung bahkan sempat bercita-cita ingin menjadi pemasok senjata. Soal bisnis ini, Carel menjelaskan bahwa Ayung memang memiliki keinginan itu.

"Kalau diminta pemerintah, dia bilang siap mengerjakannya. Dia bahkan mau rugi untuk bisnis ini," tuturnya saat dikonfirmasi kebenaran informasi itu.

Sayang, impian Ayung memiliki pabrik senjata api urung terwujud hingga akhir hayatnya. Ambisi Ayung yang lain yang belum sempat terwujud adalah menggolkan proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda. Ambisi Ayung ini, menurut sumber Kompas.com, membuatnya gencar melobi sejumlah pejabat, sindikasi bank, dan kontraktor China yang membangun jembatan dengan nilai puluhan triliun rupiah itu.

Dengan kelihaiannya dalam melancarkan lobi, Ayung pun percaya dirinya bisa mengegolkan proyek itu. Terkait hal ini, Carel tidak membantahnya. Namun, ia sendiri tidak mengetahui sudah sejauh mana upaya mengegolkan proyek itu dilakukan Ayung.

"Ambisi dia mau dapat proyek itu memang ada. Tapi saya sendiri tidak tahu sampai sejauh mana. Dia bisa bersaing dengan siapa pun. Oleh karena itu, dia ambil (proyek Jembatan Selat Sunda)," papar Carel.

Carel mengungkapkan, rekan kerja sekaligus sahabatnya itu berambisi besar menjadi seorang pengusaha yang bisa membantu bangsa dan namanya bisa dikenal rakyat Indonesia. Namun, upaya dan kerja keras yang dirintisnya terpaksa terhenti di tengah jalan lantaran aksi sekelompok orang yang menghabisi nyawanya dengan sadis pada tanggal 26 Januari 2012 lalu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com