Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat, Ciliwung Masih Merana

Kompas.com - 26/03/2012, 03:25 WIB

”Harus dibersihin dulu lumpur dan sampahnya yang kotor dan mungkin juga membawa racun. Kalau tidak, tanaman tidak bisa tumbuh lagi. Kondisi ini yang membuat warga ragu bercocok tanam di bantaran Ciliwung,” papar Istohari, relawan KCC.

Selain banjir dan sampah, pemilik terkadang menjadikan lahannya di bantaran sungai sebagai tabungan dan kelak di sana dibangun rumah bagi anak cucunya atau dikontrakkan demi mendapatkan penghasilan.

KCC selama tujuh tahun terakhir bisa mengembangkan lahan hijaunya sendiri karena sebagian besar lahan tersebut milik keluarga Abdul. Ada juga sumbangan dari relawannya.

”Selama ini, saya dan keluarga masih bisa bergantung secara ekonomi dari sumber lain. Selain itu, sudah ada ketetapan dari kami untuk mendedikasikan lahan ini demi Ciliwung yang lebih baik. Namun, saya paham jika warga lain tidak bisa seperti ini,” kata Abdul.

Istohari dan Abdul mengatakan, pemerintah sebenarnya bisa memberikan insentif seperti pengurangan bahkan pembebasan pajak bagi warga yang mau menggunakan lahannya di bantaran sebagai lahan hijau. Abdul juga berangan- angan Dinas Pertanian DKI Jakarta bekerja sama dengan lembaga penelitian profesional dalam upaya menghijaukan tepi Ciliwung.

”Mungkin bisa ditemukan cara agar pohon buah bisa terus berbuah sepanjang tahun. Pohon-pohon khas Ciliwung, seperti pucung, kemang, atau bintaro, bisa dibiakkan lagi. Tentu akan ada nilai ekonomi yang bisa diperhitungkan warga. Saya yakin pelan-pelan keseimbangan alam, termasuk kehilangan 92 persen jenis ikan seperti hasil penelitian LIPI, bisa dipulihkan lagi,” ungkap Abdul.

Alokasi dana yang cukup besar memang dibutuhkan untuk usulan Abdul. Namun, dana itu diyakini akan membawa berkah nyata daripada uang ratusan juta rupiah ludes untuk acara seremonial pejabat naik perahu karet dan bersih-bersih Ciliwung. Padahal, faktanya Ciliwung tetap saja merana.

(ANDY RIZA HIDAYAT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com