Kalau dijaga polwan, bisa-bisa luntur semua hati buruh di sini,” celoteh seorang pengunjuk rasa saat demonstrasi menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak berlangsung di depan kompleks Gedung DPRD Kota Bekasi, Kamis (29/3).
Massa pengunjuk rasa yang memadati sepenggal ruas Jalan Chairil Anwar, persis di depan Gedung DPRD Kota Bekasi, berhadapan dengan barisan polisi wanita (polwan) berseragam yang dikerahkan Kepolisian Resor Kota Bekasi Kota. Di belakang barisan polwan berjaga polisi dari Satuan Sabhara dan Brimob sebagai bentuk pengamanan berlapis.
Kehadiran polwan menyejukkan suasana demonstrasi yang berlangsung panas karena digelar pada siang hari dan di tengah jalan. Satu-dua orang mencuri-curi kesempatan memotret polwan. Ada juga yang langsung mengajak foto bareng.
Celotehan dan curi-curi kesempatan memotret itu ditanggapi dengan senyuman. ”Senjata kami, ya, senyum dan sapa simpati,” kata Inspektur Dua Puji Astuti, polwan dari Polresta Bekasi Kota.
”Tugas kami mengamankan aksi unjuk rasa agar tidak anarkistis,” ujar Puji menambahkan.
Selain Puji, Polresta Bekasi Kota mengerahkan sekitar 60 polwan atau setara dua peleton. ”Satu peleton dari Polresta Bekasi Kota dan satu peleton dari polsek jajaran,” kata Ajun Komisaris Dewi Setyowati, Kepala Sub-bagian Humas Polresta Bekasi Kota.
Di tingkat Polda Metro Jaya terdapat lima tim polwan negosiator di bawah kendali Direktorat Shabara. Setiap tim beranggotakan 15 orang, termasuk kepala tim. Ada lagi tim negosiator di tingkat polres, yang kendalinya di bawah kepala polres masing-masing.
Mereka bekerja selama dua bulan sebagai negosiator berdasarkan surat perintah Kepala Polda Metro Jaya. Setelah itu, ditetapkan lagi ketua dan anggota tim negosiator penggantinya. Jika tidak bertugas sebagai negosiator, polwan bekerja di satuan masing-masing.
Komisaris Yulia, perwira pengawas tim negosiator, mengatakan, tugas penting negosiator adalah mengendalikan diri dan berkomunikasi baik dengan peserta aksi. ”Kami juga harus sabar sebab kami kadang harus menjadi pendengar yang baik dari keluh kesah pengunjuk rasa. Mereka curhat saat unjuk rasa,” katanya.
Polwan negosiator dibentuk khusus setelah terjadi reformasi di Indonesia. Mereka dibutuhkan karena makin banyak aksi unjuk rasa yang diikuti perempuan dan anak.
”Secara alamiah, perempuan memang punya sifat lembut atau keibuan dan lebih sabar dari kaum laki-laki. Adik-adik mahasiswa ketika berhadapan dengan kami memang menjadi lebih menganggap kami sebagai kakak atau ibu mereka. Jika kami tawari minum, misalnya, mereka bisa menerima. Kalau yang menawari polisi laki-laki, mereka mudah curiga, menyangka akan memengaruhi pengunjuk rasa,” tutur Yulia yang kini banyak mengenal pentolan penggerak unjuk rasa mahasiswa.
Mengenai pendidikan polwan negosiator, pada awalnya Polri membuat pelatihan khusus negosiasi. Sekarang, setiap polisi sudah dibekali ilmu negosiasi saat pendidikan.
Ketika ditunjuk menjadi anggota tim, mereka mendapat pelatihan langsung dari senior yang sudah berpengalaman.
”Kami juga ada pertemuan-pertemuan. Yang pasti, sebelum bertugas selalu ada apel persiapan dan sudah tahu karakter dari kelompok unjuk rasa yang akan kami hadapi. Jadi, dengan penuh percaya diri kami melaksanakan tugas sebagai negosiator. Yang paling penting, kami tidak boleh pelit senyum,” kata Brigadir Yanthi, anggota tim negosiator II.
Demonstrasi damai menjadi dambaan warga. Edy, karyawan swasta di Salemba, menyayangkan demonstrasi yang kerap ricuh. ”Silakan saja mahasiswa demonstrasi karena itu menyuarakan sesuatu. Tapi, kalau bisa jangan mengganggu kepentingan orang lain,” ujar Edy.
Kepentingan orang lain yang kerap terganggu akibat demonstrasi terutama adalah kemacetan parah akibat jalan ditutup. Padahal, banyak orang harus melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Edy memahami, sebagian
Hal senada disampaikan Febrius, karyawan swasta di Kemayoran. Dia menilai sejumlah demonstrasi yang dilakukan saat ini cenderung anarkistis dan tidak jelas tujuannya.
Febrius berpendapat, mahasiswa sebaiknya fokus pada kegiatan perkuliahan serta mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang berintegritas pada masa mendatang.