Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Jalan Diponegoro Membara...

Kompas.com - 30/03/2012, 22:24 WIB
Windoro Adi

Penulis

KOMPAS.com - Hari Kamis (29/3/2012) malam, Kepala Subdit Reserse Mobil (Resmob), Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan mendapat perintah menuju lokasi kerusuhan yang terjadi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat (Jakpus).

"Saya mendapat perintah setelah mendengar kabar, Kapolsek Metro Senen, Komisaris Iman Zebua dikeroyok demonstran setelah berusaha menenangkan para pengunjuk rasa sementara pos polisi di depan kampus YAI (Yayasan Administrasi Indonesia) dibakar massa," tuturnya.

Herry dan jajarannya pun meluncur dengan tiga mobil menuju lokasi. Ia dan enam anggota Resmob berada di mobil pembuka jalan. Sesampainya di pertigaan Megaria, Jakpus, lalulintas macet. Mobil yang ia tumpangi lalu menyalakan sirine.

Mendengar suara sirine, mobil yang sudah berada di depan kantor LBH Jakarta tiba-tiba dikepung demonstran. Mereka datang dari Jalan Kramat dan memukuli mobil. Herry dan enam anggotanya turun. Mereka berusaha menenangkan massa.

"Saya sudah berpesan kepada keenam anggota saya agar tidak menembak meski kami dipukuli dengan tongkat. Kami terus membujuk mereka bahwa kita sesama anak bangsa. Kami ini abang mereka juga.Tapi mereka terus memukuli kami. Sehingga kami memilih menyingkir dan meninggalkan mobil," papar Herry.

Setelah kedelapan polisi menjauh, massa pun membakar mobil tersebut pukul 20.30. Sementara itu, dua mobil lain bisa terus ke lokasi karena tidak menggunakan atribut polisi.

Memanas Herry tidak menyangka menghadapi peristiwa tersebut. Sebab dalam pikirannya, situasi memanas hanya berlangsung di sekitar kampus YAI dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jalan Diponegoro, yang berseberangan dengan kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Ia tidak tahu bahwa para demonstran secara sporadis sudah mengepung seluruh jalur Jalan Diponegoro. Pukul 18.00, puluhan demonstran yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai membakar kursi dan ban-ban bekas mobil di tengah jalan. Mereka membentangkan spanduk putih bertulis, "Tolak Kenaikan Harga BBM".

Aksi ini membuat Jalan Diponegoro macet. Sebab, dari empat lajur jalan, hanya satu lajur yang bisa digunakan, yaitu lajur paling kiri yang mengarah ke Salemba. Sejam kemudian, puluhan polisi berseragam mulai berjaga sementara lalulintas di persimpangan Megaria kea rah Salemba mulai nyaris macet total.

Polisi lalulintas lalu mengalihkan kendaraan yang akan ke Salemba, melewati Jalan Proklamasi. Situasi di sekitar kampus UAI dan UKI mulai memanas setelah para demonstran melempari polisi dengan batu dan menyerang Zebua.

Saat ia melihat ada seorang demonstran menyalakan dan melempar bom molotov ke pos polisi dekat kampus YAI, Zebua mengejar pelaku. Malang, ia terperosok ke lubang. Melihat hal itu, lima demonstran mengeroyok Zebua. Ia sudah pingsan saat tiga polisi lain menyelamatkan dan membawanya ke Instalasi Gawat Darurat RSCM pukul 19.45.

"Saya pingsan sekitar tiga jam. Saat sadar, saya merasa pusing dan sesak setelah dada saya kena lemparan batu sekepalan tangan. Waktu saya mengejar pelaku, beberapa demonstran melempari saya dengan ban berapi," tutur Iman.

Kini, kata Kepala Bagian Pemasaran RSCM, Sulastin, Iman sudah dipindahkan ke RS Polri, RS Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur.

Selain Iman, juga dirawat Edwin (37) pegawai RSCM yang kena lemparan batu, dua mahasiswa YAI, Fikri Gilang Dharmawan (26) dan Ignatius Lambok (23) yang sesak nafas karena menghirup gas air mata, Rispani (25), mahasiswa Kalimantan Selatan yang kena pukul, serta Mahasiswa Palu, Ifal (23) yang memar karena pukulan.

Jumat kemarin, mereka sudah boleh keluar, kecuali Rivan Taher, seorang anggota satuan pengaman YAI yang paha kanannya tertembak peluru karet.

Dikepung

Setelah aksi pembakaran mobil dinas Resmob, satu satuan setingkat kompi dari Detasemen A Brimob, Polda Metro dikerahkan menutup jalan Borobudur dan mengepung gedung LBH Jakarta yang berada di sudut antara Jalan Borobudur dan Jalan Diponegoro.

Reserse gabungan dari Polres Metro Jakpus dan Polda Metro menggeledah gedung dan menangkap puluhan aktivis. Mereka dibawa dengan mobil tahanan Polda Metro ke markas Polda Metro.

Polisi menganggap LBH menjadi sentra para aktivis pengunjuk rasa yang terlibat tindak kekerasan, sementara LBH, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat lain membantah. Mereka mengakui mendorong gerakan tolak kenaikan harga BBM, tetapi menolak dianggap mendorong tindak kekerasan dalam unjuk rasa.

"Yang kami tindak adalah mereka yang terlibat tindak kekerasan dalam unjuk rasa, bukan memberangus suara demokrasi atau melakukan pelanggaran HAM," tegas seorang petinggi Polda Metro yang tak mau disebut namanya. Hal senada disampaikan Ketua Badan Pengurus Kontras, Usman Hamid.

"Kami tidak pernah mengajarkan kekerasan terhadap mereka yang ingin menyampaikan aspirasi mereka. Yang kami sesalkan adalah prosedur polisi memasuki gedung LBH," ucapnya.

Pukul 23.00, puluhan mahasiswa yang terjebak di Kampus UKI, dibebaskan pukul 23.00. Saat mereka berhamburan keluar, tampak dua orang diangkat dalam kondisi tidak sadar dan kejang-kejang.

Menurut pengacara lulusan pasca sarjana UKI, Samuel, yang ditemui di lokasi, kedua korban adalah mahasiswa, tetapi bukan mahasiswa UKI. Selain membebaskan, polisi juga menangkapi sejumlah mahasiswa yang keluar dari kampus UKI.

Sejumlah mahasiswa yang keluar dari kampus YAI pun tak luput. Menurut Kepala Subdit Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Daniel Boli Tifaona, dari ketiga tempat itu - LBH, kampus UKI dan YAI, polisi menangkap 53 demonstran.

"Mereka belum ditahan. Keputusan ditahan atau tidak akan kami terbitkan setelah 24 jam sejak mereka ditangkap," ucap Boli. Jumat (30/3/2012) pukul 02.00, jejak kerusuhan di Jalan Diponegoro digilas roda-roda kendaraan yang lalu lalang.  (Windoro Adi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com