Jakarta, Kompas -
Soleh (16), salah satu remaja yang diserang gerombolan itu, tewas. Tiga temannya, Zaenal (19), Ardian (19), dan Reza (16), cedera ringan hingga luka bacok di sejumlah bagian tubuh.
Penyerangan seperti itu adalah kejadian yang kedua di Jakarta dalam sepekan terakhir. Jumat lalu, segerombolan pria bersepeda motor menyerang Rahmad Gunawan hingga tewas, di Kebayoran Lama, Jakarta.
Reza, yang terkena luka bacok di pundak dan kaki kirinya, menuturkan, penyerangan itu terjadi setelah dia dan ketiga kawannya pulang dari nonton balapan liar di kawasan Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran. Penyerangan terjadi setelah mereka yang saling berboncengan dengan dua sepeda motor itu memasuki kawasan Sunter.
Menurut Reza, mereka tidak memacu sepeda motor dengan kencang karena salah satu sepeda motor yang ditumpangi kehabisan bensin sehingga harus dituntun beberapa ratus meter.
”Sampai di SPBU, lalu isi bensin. Saat sedang mengisi bensin itu kami diserang,” tuturnya.
Reza memperkirakan, penyerangnya 30 orang dan berboncengan sepeda motor.
”Saya tidak kenal satu pun dari mereka,” ucap Reza.
Selain dihajar, Reza mengaku tubuhnya juga diseret gerombolan itu hingga beberapa puluh meter. Kemudian dia dibawa berkeliling ke kawasan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setelah itu, dia dikembalikan lagi di SPBU tempat dia diserang.
Seorang kawannya, Soleh, tewas seketika setelah dihajar. Dua kawan lainnya, Zaenal dan Ardian, berhasil melarikan diri setelah sempat dihajar.
Deddy (43), ayah Reza, menuturkan, saat Reza pulang ke rumah, tubuhnya berlumuran darah. ”Sekitar pukul 03.00 dia sampai di rumah, saya langsung bawa ke RSUD Koja,” ujarnya.
Setelah satu jam Reza dirawat di Unit Gawat Darurat RSUD Koja, menurut Deddy, Zaenal tiba di rumah sakit itu diantar sopir taksi, dan dia terkena luka bacok di beberapa bagian tubuhnya. Sementara Ardian hanya cedera ringan.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Didi Hayamansyah mengatakan masih belum tahu penyebab penyerangan tersebut. ”Kami menduga pelaku penyerangan itu juga sekelompok anak muda dan belum tentu geng motor,” paparnya.
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, bisa jadi gerombolan itu menyerang secara impulsif, tanpa perencanaan, tanpa sasaran tertentu, dan tanpa motif tertentu. Ciri itu biasa muncul pada geng untuk membentuk identitasnya. ”Sebagai geng, mereka butuh identitas, tapi tidak punya kemampuan ekstra untuk membangun identitas positif,” jelasnya.
(MDN/FRO)