Bogor, Kompas -
”Hasil kerja dari kemarin sore sampai sekarang menemukan barang-barang seperti ini. Masih ada barang-barang di sana yang belum kami temukan,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Daryatmo, di Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/5) siang.
Daryatmo mengatakan, kondisi ekor pesawat Sukhoi Superjet 100 tidak lagi utuh sehingga tim memerlukan waktu dan ketelitian untuk melanjutkan pencarian. ”Kami bekerja sama dengan pihak Rusia melaksanakan evakuasi, terutama yang menyangkut keberadaan alat-alat. Sekali lagi, tim kami masih bekerja di sana untuk melanjutkan pencarian black box,” katanya.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Tatang Kurniadi mengatakan, peranti yang ditemukan tim SAR tersebut adalah alat komunikasi, bukan kotak hitam. ”ELT ini bisa tidak bunyi kalau rusak atau kalau terhalang bukit. Itu dua kemungkinan kenapa alat ini tidak bunyi,” kata Tatang.
Hingga pukul 19.00, Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel (Inf) AM Putranto menyatakan sudah 26 kantong jenazah yang dievakuasi dari lokasi kecelakaan dan dibawa ke Rumah Sakit Polri. Di lokasi kecelakaan telah disiapkan 100 kantong jenazah. ”Ada beberapa kantong jenazah yang sudah ditaruh di helipad untuk dievakuasi Selasa pagi,” katanya, Senin malam.
Sementara itu, tim Disaster Victim Identification (DVI) bersama Inafis Polri mengidentifikasi 22 sidik jari korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100. Sidik jari ini dipakai sebagai data pendukung proses identifikasi berikutnya. Sidik jari itu berasal dari 18 kantong jenazah di Rumah Sakit Polri RS Sukanto Jakarta.
Sampai Senin pukul 19.00 sudah ada 25 kantong jenazah, empat kantong di antaranya berisi properti korban kecelakaan. Dari semua kantong jenazah ini, tim DVI menerima ratusan potongan tubuh manusia yang harus dites DNA satu per satu.
”Korban yang ada di sini luka akibat benturan keras sehingga tubuh korban terpisah menjadi banyak bagian,” kata Direktur Rumah Sakit Polri Sukanto Brigjen (Pol) Agus Prayitno, Senin.
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, mulai Senin tim Bareskrim Polri bergabung membantu proses penguraian properti korban. Belum ada kepastian kapan properti milik korban ini diserahkan, bersamaan atau mendahului proses identifikasi.
Hasil sementara proses identifikasi masih mengarah pada kecenderungan jenis kelamin dan kedekatan ras mongoloid (ciri-ciri yang biasa melekat pada orang Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara), atau kaukasoid (ciri-ciri yang biasa melekat pada orang Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah).
Direktur Eksekutif DVI Indonesia Komisaris Besar Anton Castilani mengatakan perlu koordinasi dengan tim Basarnas yang berada di Gunung Salak. Hal ini terkait dengan banyaknya bagian tubuh yang masih belum lengkap.
”Kami akan komunikasikan jika ada bagian tubuh yang kurang lengkap. Sebisa mungkin kami minta tim Basarnas mencari ulang. Namun, permintaan ini tergantung dari kondisi tim di lapangan. Secara rinci saat ini tim sedang melakukan pemeriksaan post mortem (kondisi korban setelah kecelakaan),” tutur Anton.
Menurut Anton, pihak keluarga yang membutuhkan informasi lebih jauh mengenai proses identifikasi dapat menghubungi Bapak Nugroho di nomor telepon 08122843520.
Pesawat SSJ100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, ternyata merupakan pesawat pengganti. Pesawat tersebut berbeda dengan pesawat yang digunakan dalam peragaan di dua negara sebelumnya.
Pesawat SSJ100 itu sebelumnya dilaporkan menjalani tur promosi ke enam negara. Sebelum ke Indonesia, pesawat itu lebih dulu berpromosi di Pakistan dan Kazakhstan.
Senin (14/5), surat kabar Moskovskiy Komsomolets dan Kommersant melaporkan, pesawat yang digunakan di Indonesia berbeda dengan yang digunakan di dua negara tersebut.
Juru bicara Sukhoi Civil Aircraft Corporation, Olga Kayukova, membenarkan bahwa pesawat yang digunakan pada tahap pertama tur promosi itu harus kembali ke Moskwa setelah promosi di Kazakhstan untuk menjalani ”beberapa tes”. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasan penarikan pesawat pertama itu. Pesawat pengganti yang terbang ke Indonesia dalam kondisi teknis sempurna.
Moskovskiy Komsomolets