Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Tuna Netra Melawan Gelapnya Dunia

Kompas.com - 21/05/2012, 05:51 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

"Dari kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan penyandang disabilitas itu tidak banyak itu yang dibuktikan," tambah Sriyono, Bendahara Pertuni.

Dalam kesempatan yang sama, pria yang bergabung dalam organisasi sejak tahun 2004 silam ini pun membeberkan fasilitas apa saja di ibukota yang tidak disediakan bagi orang-orang seperti dirinya.

Antara lain bidang miring di setiap gedung yang berguna bagi orang yang menggunakan kursi roda, suara-suara sebagai penunjuk jalan, khususnya di jalanan umum, fasilitas wc umum bagi penyandang disabilitas dan lain sebagainya.

"Pemerintah ya mungkin belum tau apa yang kita butuhkan, kalaupun tau, kira-kira alokasi dananya lebih diprioritaskan kemana, kan gitu," ujarnya.

Sriyono menambahkan, secara organisasi, Pertuni kerap melakukan komunikasi baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengenai segala permasalahan yang sebelumnya telah diungkapkan.

Namun janji tinggal lah janji, ia menganalogikan komunikasi yang kerap dilakukannya bagai dagang kecap. "Karena ya bicara birokrasi, pemerintah, itu kalau di depan rakyatnya seolah-olah kecap nomor satu, nggak ada kecap nomor dua mas," ujarnya serius.

Pilkada Jadi Harapan Bisingnya hiruk pikuk Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta juga dirasakan kaum tuna netra. Pesta demokrasi lima tahunan warga ibukota tersebut mau tak mau harus diikuti oleh kaum tuna netra yang memiliki hak pilih.

Namun, baik Istiqomah maupun Sriyono menegaskan sebagai organisasi yang independen, Pertuni tidak memiliki keberpihakan terhadap kepentingan politik tertentu. Berdasarkan pengalaman organisasi selama ini, dari enam pasang calon gubernur yang maju dalam Pilkada, Fauzi Bowo lah yang paling dikenal track recordnya.

"Kalau kemarin, Foke sudah terealisasi, care dengan kaum penyandang disabilitas. Tapi masih belum pas sih," lanjut Istiqomah.

Ia menganggap dari calon gubernur yang maju hanya mengedepankan permasalahan mainstream di ibukota, seperti kemacetan, pemukiman kumuh, sampah dan lain sebagainya.

Namun mereka lupa bahwa ada kelompok kecil bagian dari masyarakat, yang berharap 'dimanusiakan'. "Kita memilih yang visi-misinya menyebut tentang disabilitas, tapi sementara ini belum ada yang peduli," lanjutnya.

Sementara Sriyono berharap, Pilkada Jakarta kali ini mampu memancarkan sinar harapan bagi kaum tuna netra dalam segala permasalahannya. Karena bagaimanapun juga, kaum penyandang disabilitas merupakan bagian yang tak terelakan di masyarakat umum, dengan segala kondisinya.

"Kami ingin menunjukan tuna netra itu nggak selamanya lemah, kami punya potensi," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com