JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok ini terbilang kecil jika dibandingkan ratusan relawan yang tergabung dalam tim SAR korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.
Jumlahnya hanya tujuh orang. Namun, peranannya dalam evakuasi tidak bisa dianggap kecil. Mereka berhasil menemukan sinyal darurat electronik locator transmitter (ELT) pesawat dan kotak hitam bersama Kopassus.
Merekalah pemuda-pemuda nekat yang tergabung dalam Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). FPTI dilibatkan dalam tim evakuasi lantaran TNI, Polri, hingga Basarnas tidak mampu menembus medan terjal tebing Gunung Salak yang memiliki kemiringan hingga 85 derajat.
Salah seorang anggota FPTI yang juga atlet panjat tebing, Revalino Handoko, menuturkan keterlibatan FPTI terbilang mendadak.
"Kami di FPTI sebenarnya sudah memantai peristiwa ini sejak Rabu, tapi karena melihat kondisi sudah banyak yang datang membantu jadi kami tidak turun. Ternyata, hari Jumat pukul 13.00 saya diminta merapat ke Halim ketemu Basarnas," ungkap Revalino, Rabu (23/5/2012), saat berbincang dengan Kompas.com di bandara Halim Perdana Kusuma.
Di sana, lanjutnya, Basarnas meminta FPTI untuk turun membantu evakuasi. "Katanya ada medan yang belum bisa dijangkau karena terlalu terjal jadi butuh orang-orang yang terbiasa melakukan vertical rescue," ucapnya.
Pada Jumat (11/5/2012) malam, sebanayak tujuh orang anggota FPTI yang juga terbiasa melakukan vertical rescue pun berangkat ke Pasir Pogor, Bogor.
Sabtu pagi, dua orang anggota FPTI bersama dengan dua anggota Kopassus berangkat naik menggunakan helikopter TNI Angkatan Udara ke puncak Gunung Salak mendekati lokasi kecelakaan.
Dari puncak Gunung Salak, keempat orang ini berjalan di jalan setapak yang sudah dibuat tim Marinir dan Mapala UI yang terlebih dulu sampai ke lokasi kecelakaan dua hari sebelumnya.
Butuh waktu 30 menit berjalan kaki sampai ke bibir tebing. Begitu mencapai bibir tebing itulah, tantangan mulai dihadapi karena selain ketinggian yang mencapai 500 meter ke bawah dasar jurang, kemiringan juga cukup ekstrem mencapai 85 derajat.