Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jalan Tol Layang Dalam Kota Hanya Bisnis

Kompas.com - 01/07/2012, 19:25 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar kebijakan publik, Andrinof A Chaniago, menilai rencana pembangunan jalan tol layang dalam kota itu tidak etis. "Jalan tol layang dalam kota itu hanya bisnis karena dari segi etika kebijakan publik bangun tol dalam kota itu tidak etis," sebut Andrinof kepada Kompas.com, seusai memberikan paparan mengenai "Urai Tuntas Masalah Jakarta," di Jakarta, Minggu (1/7/2012).

Menurut dia, pembangunan jalan tol layang dalam kota itu berarti membangun jalan untuk dibayar masyarakat. Padahal, masyarakat sudah dibebani dengan pajak kendaraan bermotor, yang di dalamnya termasuk bea balik nama kendaraan bermotor, hingga Rp 10 triliun. "Uang rakyat diterima tapi pelayanan di sektor transportasi tidak wajar. Itu tidak boleh. Namanya zholim," sambung Andrinof.

Andrinof menyebutkan, pembangunan jalan tol dalam kota dimungkinkan bila itu adalah penyambung jalan tol antar kota. Penyambung diperlukan agar tidak mengganggu transportasi dalam kota, misalnya, kata dia, rencana pembangunan jalan tol Semanan-Sunter dan Sunter-Bekasi. "Kalau mau jalan layang tapi non tol," pungkas dia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan sedang membahas rencana direksi PT Jasa Marga yang akan membuat proyek jalan tol layang dari Cibubur-Senayan sepanjang 23 kilometer. Jalan tol itu rencananya dioperasikan dengan sistem lawan arus. Jalan tol layang ini dimaksudkan untuk mengurangi 30 persen kemacetan pada pagi hari dan 20 persen kemacetan pada sore hari di ruas itu.

"Jika nanti diizinkan pemerintah, proyek ini tidak memerlukan tender. Sebab, status proyeknya merupakan inisiatif PT Jasa Marga," kata Dahlan, di Jakarta, Selasa (19/6/2012).

Nilai proyek tersebut, ujar Dahlan, belum dapat diungkapkan karena masih dalam proses studi. Ruas jalan tol baru ini direncanakan bisa dikerjakan selama dua tahun sesuai dengan masa status lawan arus jalan di ruas itu saat ini.

"Jadi, jika status ruas contraflow di situ nanti habis pada masa sekitar dua tahun, proyek tol layang sudah akan selesai. Teknologinya memungkinkan pengerjaan jalan tol dapat dikerjakan tanpa perlu menghentikan atau mengganggu lalu lintas," tambah Dahlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com