Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertarungan Baru Dimulai!

Kompas.com - 13/07/2012, 05:21 WIB

Akibatnya, pertarungan pun terjadi pada tataran teknis dan citra. Semua bicara perkara teknologi sosial untuk menyelesaikan masalah perkotaan. Teknologi sosial itu pun dibungkus citra yang dibangun di laboratorium para konsultan.

Konflik yang menjanjikan

Pilkada DKI kali ini mengagetkan saya. Saya merasakan sebuah pertarungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya menemukannya di tubuh dua partai politik besar: PKS dan PDI-P. Keputusan PKS untuk menetapkan Hidayat Nur Wahid dan Didik Rachbini adalah lompatan politik yang cukup berani. Keduanya bukan calon bermodal. Hidayat hidup secara asketis, sementara Didik akademisi sederhana. Dibandingkan calon PKS di pilkada sebelumnya, kedua calon PKS ini cukup menjanjikan dari segi ide dan komitmen. Pencalonan keduanya membuktikan bahwa di tubuh PKS masih ada faksi keadilan yang masih ingin mempertahankan idealisme dan marwah partainya.

Pertarungan di tubuh PDI-P tidak kalah ganas. Di internal, barisan ideologis berhadap- hadapan dengan gerombolan transaksionis. Jokowi sendiri adalah keputusan di saat-saat mengkhawatirkan. Seorang wali kota dengan rekam jejak berpolitik yang sangat manusiawi hampir saja luput direkomendasikan. Saat partai mencari figur yang menjanjikan kemenangan, Jokowi tiba-tiba jadi tak menarik. Berbagai alasan diajukan, mulai dari modal finansial yang kembang kempis sampai latar kultural yang dianggap tak sejalan.

Bagi saya, pertarungan internal di kedua partai tersebut menjanjikan pertarungan politik yang kita idamkan bersama. Untuk pertama kalinya kita sungguhsungguh menghargai suara politik yang kita miliki. Suara bukan kertas suara, melainkan aspirasi politik yang mampu membuat perubahan kolektif secara fundamental. Warga pun bertarung dengan gairah politik yang tak pernah ditemukan dalam sejarah politik pascareformasi. Sekilas naif. Namun, ibarat udara, tidak ada satu pun yang dapat memungkirinya.

Pertarungan agonistik yang terjadi bukan lagi pada tataran kesan, melainkan kepekaan. Pertarungan bukan lagi adu kemolekan, melainkan kemampuan merasakan dan menyelesaikan kesulitan publik. Kita tiba-tiba terhasut untuk percaya pada keajaiban. Pertarungan kali ini adalah polemos ( konflik) yang menjanjikan logos ( kebenaran). Ada janji dan harapan yang menyembul di balik debu pertarungan politik kali ini.

Keserakahan masih mengintai

Namun, pertarungan belum selesai. Ini bahkan baru saja dimulai. Modal dan keserakahan masih mengintai ruang politik kita. Transaksionisme masih menunggu di ujung jalan. Rakyat masih rentan dipermainkan iklan. Suara bisa lenyap ke udara melalui rekayasa informasi.

Namun, banyak orang lupa, agon bukan semata-mata adu kebolehan pribadi. Agon adalah pertarungan untuk menunjukkan siapa yang paling mampu berkontribusi untuk keadaban publik. Pemenang adalah dia yang terbaik dalam mewujudkan kebaikan publik. Dia yang kemenangannya dirayakan rakyat dan bukan para cukong, konsultan, dan teknisi informasi. Pertarungan belum selesai. Mata air politik ini masih dapat kering di tengah jalan. Ini bukan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Ini bahkan bukan perkara etika politik. Pertarungan ini adalah pertarungan ideologis. Pertarungan antara mereka yang percaya pada kekuatan cita dan komitmen dengan mereka yang lebih percaya uang. Terlebih lagi, politik kita seperti terbelah menjadi dua bagian besar. Politik terpisah menjadi perkara keahlian dan kepekaan.

Ada dua kaum yang berpolitik di pilkada kali ini. Mereka yang berpolitik seperti menulis disertasi dan mereka yang berpolitik dengan menghiruprasakan kesulitan orang banyak. Kita tentu berharap yang terbaik. Saya sudah tidak dapat menulis apa-apa lagi kecuali berpesan: mari menangkan pertarungan ini!

DONNY GAHRAL ADIAN Dosen Filsafat Politik UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com