Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 28/07/2012, 04:10 WIB

Upacara pembukaan olimpiade modern selalu saja meriah. Itu pula yang dirasakan dalam Olimpiade 2012 yang dibuka Jumat malam di London.

Kota London seolah disulap menjadi panggung raksasa yang mendapat sorotan dunia. Seremoni pembukaan olimpiade melibatkan sekitar 15.000 penari, musisi, dan pendukung lainnya, ditambah 3.500 pelajar.

Dunia seperti disatukan dalam antusiasme menyambut pesta olahraga yang berlangsung 27 Juli sampai 12 Agustus itu meski Eropa sedang dilanda krisis keuangan. Sebanyak 205 kontingen negara peserta, termasuk Indonesia, berlaga dalam olimpiade.

Setiap olimpiade, termasuk Olimpiade 2012, selalu membawa pesan perdamaian, solidaritas, persahabatan, dan sportivitas. Sudah menjadi klasik pula moto olimpiade: citius, altius, fortius (lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat). Pada dasarnya juga manusia senantiasa bertekad semper citius, semper altius, semper fortis (selalu ingin lebih cepat, selalu ingin lebih tinggi, dan selalu ingin lebih kuat).

Jika tidak ada keinginan lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih kuat, peluang untuk menggapai kemajuan dan kemenangan akan kecil, bahkan tertutup. Tidak kalah penting bagaimana cara menuju kemenangan itu. Tujuan dan cara sama-sama penting dalam olahraga atau olimpiade. Tujuan tidak bisa menghalalkan cara. Bahkan, dalam olahraga cara atau sportivitas jauh lebih penting daripada tujuan.

Agar menjadi lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih kuat, sangat dibutuhkan ketekunan, keuletan, kerja keras, disiplin, dan kesabaran. Segala pencapaian tidaklah seketika, bukan seperti membalikkan telapak tangan. Sekalipun sudah mempersiapkan diri, setiap pertandingan selalu menghasilkan kubu yang menang dan kalah.

Sangatlah diperlukan sikap menerima kekalahan dan mengakui kemenangan lawan. Sikap sportivitas macam itu baru bisa tumbuh dan berkembang jika memiliki pemahaman bahwa setiap pertandingan dalam olahraga bukanlah titik akhir, melainkan justru mendorong kompetisi dan pertandingan berikutnya.

Begitu juga kemenangan dan kekalahan dalam olahraga bukanlah sesuatu yang tertutup rapat, tetapi setiap kali bisa dibongkar. Pertandingan pertama bisa menang, tetapi berikutnya bisa kalah. Atas dasar itu, kemenangan tidak boleh melahirkan euforia berlebihan dan mendorong semangat triumphalist yang membuat lupa diri.

Sebaliknya juga, negara atau bangsa yang gagal belajar dari kekalahan dan tidak bisa bangkit dari kelemahan akan menjadi bangsa pecundang. Kemajuan dalam bidang olahraga, yang ditopang oleh kemajuan dalam bidang lain, akan menaikkan citra sebuah bangsa. Sebaliknya, kedodoran dalam bidang olahraga dan bidang kehidupan lainnya hanya membuat sebuah negara dipandang dengan sebelah mata dalam pergaulan masyarakat dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com