Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Dahulu, Segar Lahir dan Batin Kemudian...

Kompas.com - 22/08/2012, 13:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Antrean panjang kendaraan, panas mentari membakar kulit, serta wajah dan badan kumal, nyaris tak tersisa hasil berdandan pada pagi hari. Mungkin itulah yang dirasakan ribuan bahkan jutaan warga yang memadati obyek wisata selama musim liburan Lebaran sepanjang pekan ini.

”Antre sejam hingga dua jam untuk parkir dan beli tiket masuk terbilang sudah cepat dan lancar,” kata Iip yang membantu mengarahkan pengunjung mencari tempat parkir di Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan, Selasa (21/8/2012).

Sepanjang Minggu (19/8/2012) dan Senin (20/8/2012), polisi bahkan sampai harus merekayasa lalu lintas, yaitu pemberlakuan sistem buka tutup arus kendaraan di sekitar Ragunan guna mengatasi kemacetan. Kemarin, antrean pengunjung sudah mengekor sekitar 500 meter sebelum gerbang masuk.

Kondisi serupa juga ditemui mulai dari Pantai Ancol di Jakarta Utara, Tugu Monas di Jakarta Pusat, hingga Kebun Raya Bogor, Taman Safari di Puncak, dan Kebun Raya Cibodas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

Namun, segala kesusahan bukanlah halangan untuk bersukacita. Keluarga besar Mang Edi (61), misalnya, rela melewati kemacetan berjam-jam di jalur Kota Bogor-Puncak dan Puncak-Cibodas demi berkumpul bersama di sana.

”Ayo-ayo sini gelar tikarnya,” kata Mang Edi, mengatur sanak keluarganya di hamparan rerumputan di kebun raya. Ada lebih dari 30 orang keluarganya yang berkumpul di Cibodas.

”Meskipun sama-sama di Bogor, kami juga jarang bertemu. Sengaja janjian di Cibodas karena tempatnya luas, udaranya segar, dan anak-anak bisa main sesuka hati,” tambah Mang Edi.

Seusai tikar-tikar digelar, wadah-wadah berisi aneka lauk-pauk, kerupuk, penganan, dan nasi ditata. Sementara itu, anak-anak langsung mengeluarkan bola dan berlarian di atas rumput. Di antara tingginya pohon yang beberapa di antaranya berdiameter lebih dari satu meter, anak-anak bermain gelembung dari air sabun dan petak umpet pun terasa makin seru.

Ada ratusan keluarga lain yang sengaja ber-Lebaran di Cibodas. Seperti halnya banyak keluarga yang memilih melewatkan Lebaran di Ragunan atau tempat wisata lain, puncak acara mereka adalah saat makan bersama digelar disertai gelak tawa. Tak jarang tangis bocah-bocah balita membuat suasana makin ribut, tetapi yang pasti tambah meriah.

Di tengah tren berkumpul bersama keluarga di mal, restoran, atau tempat makan yang tentu bakal menguras kantong, temu sanak saudara di tempat terbuka tetap menjadi pilihan.

”Di sini bisa sesuka hati, mau sebentar atau lama juga enggak masalah. Saya malah ketiduran saat rebahan tadi,” ujar Iriyanto (31) saat ditemui di Ragunan. Ia datang bersama istri dan seorang anaknya dari Bidara Cina, Jakarta Timur.

Para sosiolog seperti Imam Prasodjo amat memahami perilaku warga kota yang ternyata masih sangat mendambakan suasana santai dan mungkin ndeso, seperti makan bersama di tempat terbuka. Menurut dia, ini tidak terlepas dari kultur masyarakat kita yang masih bersifat komunal.

Kehidupan perkotaan yang sibuk serta lingkungan tempat tinggal yang cenderung makin sempit tak menyisakan ruang publik memicu rasa rindu akan kebersamaan serta keleluasaan. Adanya hari raya keagamaan, khususnya Idul Fitri, di mana dibiasakan antarindividu manusia saling memaafkan dan bersilaturahim, menjadi momen menumpahkan segala kerinduan.

Pengelola obyek wisata rupanya amat memahami perilaku warga kota itu. Pelaksana Tugas Badan Layanan Umum Daerah Kebun Binatang Ragunan Adnan Ahmad sebelumnya mengatakan, pihak pengelola Ragunan telah melakukan berbagai persiapan menghadapi lonjakan pengunjung.

Ragunan telah menambah sarana dan loket penjualan tiket, menyiapkan rambu lalu lintas dan papan penunjuk arah, serta mengerahkan petugas lalu lintas di dalam dan luar area. Terhitung sejak hari pertama Lebaran hingga H+3 ada 100.000 hingga 150.000 orang mengunjungi Ragunan per hari.

Apakah kelelahan dan kemacetan yang menghadang lagi saat pulang membuat warga kapok? ”Ah tidak, dijalani saja. Setelah kumpul-kumpul begini jadi segar hati dan raga,” kata Mang Edi. (NELI TRIANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com