Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Pendekatan Lebih Canggih

Kompas.com - 21/09/2012, 02:13 WIB

Jakarta, Kompas - Program penanggulangan terorisme di Indonesia harus lebih canggih dan terpadu, mencakup pencegahan, penanganan serangan, dan rehabilitasi pelaku. Pendekatan kekerasan belum efektif menghentikan terorisme.

Hal ini diungkapkan Greg Barton, peneliti Herb Feith untuk Studi tentang Indonesia di Monash University, Australia, dalam diskusi fundamentalisme dan terorisme di Redaksi Kompas, Jakarta, Rabu (19/9). Hadir juga peneliti senior The Wahid Institute, Ahmad Suaedy.

Greg menjelaskan, terorisme tak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di banyak negara di dunia. Kondisi itu, antara lain, dipicu anggapan adanya ketidakadilan politik, resesi ekonomi, dan penularan ideologi kekerasan internasional. Saat ini terus bermunculan sel-sel baru yang cukup otonom dari organisasi besar, kurang terkontrol, dan cenderung tidak sabar.

Menurut dia, Detasemen Khusus 88 memperlihatkan kinerja bagus dengan menangkap sekitar 700 terduga teroris, 600 orang di antaranya dipenjara. Namun, program ini belum benar-benar bisa menangkal terorisme.

”Kalau hanya memburu anggota kelompok teroris, konfrontasi, ada yang tewas, atau ditangkap, itu bukan solusi jangka panjang,” ujarnya.

Untuk itu, diperlukan terobosan sebagai jalan alternatif memerangi terorisme. Salah satunya lewat program disengagement atau memutus hubungan seseorang dengan jaringan kegiatan teroris.

Ahmad Suaedy menilai, pemerintah saat ini cenderung membiarkan aksi-aksi intoleransi, bahkan kriminal, terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda pemahaman atau keyakinan. Padahal, kondisi ini akan turut menyuburkan radikalisme dan terorisme. (IAM/INU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com