Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"A to Z" Kata Rhoma soal "Nyapres"

Kompas.com - 15/11/2012, 08:14 WIB
Sabrina Asril

Penulis

T: Untuk menjadi capres, harus ada kendaraan parpol. Sudah ada komunikasi ke parpol-parpol?
J: Saya tidak akan proaktif karena saya tidak berambisi menjadi presiden karena saya bukan seorang yang mencalonkan diri, saya orang yang dicalonkan.

T: Yang sudah mencalonkan Anda dari mana saja?
J: Dari Wasiat Ulama, ormas Islam banyak sekali. Kalau parpol, belum, tetapi sinyal-sinyalnya sudah ada, tetapi secara konkret belum ada.

T: Partai mana? PPP atau PKS?
J: Tidak hanya itu, bahkan juga dari partai nasionalis. Buat saya, kendaraan parpol hanya formalitas yang harus dipenuhi sebagai capres. Bagi saya, apa pun partainya selama punya komitmen yang sama, nasionalis atau Islam, yang punya visi dan misi yang sama. Dengan petinggi-petinggi partai itu, saya dekat, mereka sahabat saya.

T: Bursa capres saat ini diisi oleh politisi-politisi senior seperti Prabowo Subianto, Ical, Jusuf Kalla, Hatta Rajasa. Nah, bagaimana Anda melihat pesaing-pesaing Anda ini? Siap untuk hadapi mereka?
J: Artinya beliau sebagai senior-senior politik dan negarawan ya saya hormati. Namun, saya siap berkompetisi dengan beliau-beliau. Kalau tidak siap berkompetisi, saya tidak akan nyatakan maju.

T: Dari kandidat-kandidat itu, mana calon yang paling berat?
J: Saya belum bisa berkata begitu karena ini baru wacana, kecuali sudah resmi menjadi calon presiden, saya baru bisa bicara lebih lanjut. Saya rasa, semua pantas dan mampu untuk jadi presiden. Hanya pada akhirnya presiden itu takdir, pada akhirnya. Allahlah yang memberi kekuasaan dan mencabut kekuasaan itu. Ujung-ujungnya takdir juga.

T: Ada yang bilang menjadi capres itu harus mahal. Bagaimana tanggapan Anda?
J: Ya, itu untuk capres yang berambisi, saya kan tidak berambisi, maka sepersen pun saya tidak akan keluarkan uang apa lagi miliaran. Kalau sepersen pun ada (uang), saya berarti berambisi.

T: Bagaimana dengan seni budaya Indonesia jika Anda maju sebagai capres?
J: Saya belum mau bicara ke arah situ. Ini karena saya baru menyatakan siap menjadi capres. Setelah itu baru kalau ada partai politik, dan dipastikan maju sebagai capres baru bisa bicara lebih lanjut dalam kapasitas sebagai capres. Saya belum jadi capres, jadi terlalu jauh kalau saya bicara itu.

T: Bagaimana Anda melihat praktik korupsi di negeri ini?
J: Ini semua bersarang pada akhlak. Kenapa ada tawuran, hujatan, anarkisme karena tidak ada akhlak karena kita tidak konsisten, tidak komit yang berkekuatan dan berketuhanan.

T: Terkait ormas-ormas Islam yang kerap melakukan kekerasan? Apa tanggapan Bang Rhoma?
J: Ketika Islam berusaha mencegah kemungkaran, Islam mendapat label intoleran. Agama apa pun tidak boleh toleran terhadap kemaksiatan. Ketika kita berusaha menegakkan akidah, dituduh tidak pluralis. Kalau tuduhan amar makruf nahi mungkar disebut intoleran, berarti mereka (masyarakat) ingin adanya kemungkaran itu eksis.

T: Jadi, kalau jadi capres, bagaimana Anda membawa ormas Islam agar tidak dicap kekerasan?
J: Kekerasan yang mana? Apakah mencegah kemungkaran itu keras? Agama mana yang tidak melarang kemungkaran? Agama mana yang tidak melarang perzinahan? Agama mana yang tidak melarang perjudian? Itu semua kemungkaran yang harus dilawan, diberantas. Ketika umat Islam berantas itu, umat Islam disebut intoleran. Ini yang harus diluruskan.

T: Ada candaan kalau Anda maju jadi capres, lalu Anda sebagai pelantun lagu "Begadang" jangan-jangan yang pada begadang akan ditangkapi semua? Ini bagaimana?
J: Hahaha itu joking, tidak usah ditanggapi. Tetapi, jangan sekali-kali menghina musik dangdut, jangan sekali-kali menghina musik Rhoma Irama karena musik Rhoma itu diteliti di ratusan universitas di seluruh dunia. Coba konfirmasi ke profesor musik di University of Pittsbrugh.

T: Banyak pihak yang sangsi sosok selebriti bisa menjadi capres. Bagaimana Anda menjawab keragu-raguan ini?
J: Selebriti kan boleh-boleh saja mencalonkan diri. Banyak kok contoh-contohnya. Itu sekarang cagub di Jawa Barat kan artis semua. Mereka artis, tetapi mereka berhasil bangun Jabar, bangun Banten. Jadi status keartisan saya sama sekali tidak ada kaitannya dengan kemampuan saya memimpin.

T: Keluarga mendukung pencalonan sebagai capres ini?
J: Keluarga saya ini sudah biasa mendampingi saya bertarung, berjuang melawan arus sejak dari tahun 1977, ketika berkiprah di PPP karena sangat tidak popupler saat itu sehingga muncul berbagai aksi dan teror. Jadi, keluarga ya mendukung.

Baca juga:
Rhoma Irama Bicara Soal Pesaingnya Jadi Capres
Rhoma Irama Menunggu Pinangan Parpol
Rhoma Irama Fenomenal, Tak Bisa Diremehkan
Rhoma Irama: Visi Misi Saya Lagu Dangdut

Maju Jadi Capres, Rhoma Irama Siap Dihujat

Berita terkait wacana pencapresan Rhoma bisa diikuti dalam topik:
Geliat Politik Jelang 2014

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

    Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

    Nasional
    PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

    PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

    Nasional
    PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

    PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

    Nasional
    Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

    Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

    Nasional
    Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

    Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

    Nasional
    Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

    Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

    Nasional
    Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

    Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

    Nasional
    Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

    Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

    Nasional
    TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

    TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

    Nasional
    Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

    Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

    Nasional
    Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

    Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

    Nasional
    Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

    Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

    Nasional
    26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

    26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

    Nasional
    Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

    Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

    Nasional
    Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

    Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com