Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Stigma pada TKI di Malaysia

Kompas.com - 15/11/2012, 20:25 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melihat kondisi para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang disiksa oleh majikan selalu menyulut amarah masyarakat di Tanah Air. Meski demikian, para tenaga kerja asing juga kerap dicap buruk karena sering melanggar aturan setempat.

Dosen dari Fakultas Perundang-undangan Universiti Kebangsaan Malaysia, Salawati Mat Basir, mengatakan bahwa ada kecenderungan para pekerja lelaki melarikan anak gadis asal Malaysia untuk dinikahi. Tindakan ini dianggap telah melanggar budaya di Malaysia.

"Banyak para pekerja lelaki, seperti dari Lombok, yang membawa lari gadis Malaysia untuk dinikahi. Bahkan ada yang dinikahi, kemudian ditinggal pulang karena alasan izin tinggal dan sebagainya," kata Salawati dalam Seminar Internasional tentang Masalah Migrant Worker di Universitas Esa Unggul, Jakarta, Kamis (15/11/2012).

Selain masalah budaya, peraturan imigrasi Malaysia sebenarnya telah mengatur agar para pekerja asing ini tidak menjalin hubungan bahkan menikahi kaum perempuan asal Malaysia. Hal ini yang kerap dilanggar oleh para pekerja lelaki asing yang ada di Malaysia. "Karena hal-hal semacam ini jadi muncul stigma dari orang Malaysia kepada para pekerja asing," jelas Salawati.

Namun, peraturan ini sebenarnya mengalami ketimpangan karena lelaki Malaysia diperbolehkan menikahi pekerja asing perempuan selama pernikahan dilakukan di Malaysia dan di bawah kuasa kerajaan Malaysia. Padahal kemungkinan pekerja asing perempuan tersebut untuk dideportasi juga cukup besar.

"Memang ada aturan seperti itu. Tapi sejauh ini tidak ada masalah dengan aturan tersebut," jelas Salawati.

Sementara itu, Dosen dari Universitas Esa Unggul, Fachry Bey, membenarkan bahwa masyarakat Indonesia memang mudah tersulut hanya karena melihat satu tindak kekerasan di negara tetangga. Padahal terkadang tindakan dari pekerja asing di sana juga kerap melanggar aturan dan budaya di negara tempatnya bekerja.

"Jangan membesar-besarkan satu masalah. Pikirkan sekitar 2.000 orang yang bekerja di sana. Banyak juga yang berhasil dan mampu biayai keluarganya lho," ujar Fachry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com