Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebaskan Penjara Koalisi

Kompas.com - 30/11/2012, 06:05 WIB

Jakarta, Kompas - Koalisi kabinet menjadi ”penjara” politik karena banyak keputusan pemerintah yang tidak bisa dieksekusi akibat perbedaan kepentingan anggota koalisi. Kegaduhan politik itu dapat mengganggu ekonomi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun diharapkan mau membongkarnya.

”Sejak awal pembentukannya, Kabinet Indonesia Bersatu II dikritik karena merupakan koalisi yang tambun. Situasi itu memberikan konsekuensi potensi pecahnya konflik menjelang 2014,” ujar pengamat politik Yunarto Wijaya, Kamis (29/11), di Jakarta.

Sebelumnya Presiden Yudhoyono menyatakan, ia menghargai inisiatif anggota kabinet yang membawa kebaikan. Namun, diingatkan bahwa inisiatif itu tidak membuat anggota kabinet lupa dengan tugas pokok yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Presiden, ada tugas-tugas pokok anggota kabinet yang terabaikan. Anggota kabinet yang abai itu malah melakukan sesuatu yang baru.

Menurut Yunarto, membentuk kabinet koalisi yang tambun sama halnya dengan memelihara anak macan yang ketika dewasa kemungkinan besar berani menyerang tuannya. Ia menyarankan Presiden menyusun ulang kabinet dengan berbasiskan hasil evaluasi kinerja yang dibuat oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

”Sudah saatnya Presiden membebaskan diri dari ’penjara’ koalisi politik yang tambun dan merekonstruksi kabinet berdasarkan kinerja. Evaluasi dari UKP4 bisa menjadi acuan untuk restrukturisasi,” kata Yunarto.

Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan menyatakan, peringatan yang diberikan Presiden menunjukkan Presiden sudah terganggu dengan akrobat politik yang dilakukan menterinya. Akrobat politik ini juga mencederai keharmonisan koalisi partai pendukung pemerintah.

”Meski diralat sampai dua kali, akrobat yang dilakukan menteri itu menimbulkan wacana bahwa ada kader PAN terlibat dalam pemerasan BUMN. Harap diingat, PAN adalah partai yang sejak awal ikut dalam koalisi pendukung pemerintahan SBY. Menteri ini mungkin tidak memahaminya karena ia tidak ikut di kabinet sejak awal,” ujar Taufik yang juga Wakil Ketua DPR.

Karena itu, menurut Taufik, untuk mencegah akrobat politik yang aneh-aneh dari para menteri yang kemudian mencederai keharmonisan koalisi, perlu dibuat forum informal di antara petinggi partai koalisi. Berbeda dengan Sekretariat Gabungan yang lebih mengurusi kebersamaan koalisi di parlemen, forum internal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya kerenggangan akibat akrobat politik menteri menjelang Pemilu 2014.

Peringatan ataupun sindiran Presiden atas loyalitas, kinerja, dan fokus kerja menteri yang berulang-ulang disampaikan, kata Yunarto, justru menimbulkan persepsi negatif di mata publik. Peringatan berulang-ulang itu menunjukkan kepemimpinan Presiden yang lemah dan tersandera kepentingan politik. Kemungkinan lain, Presiden justru tengah bermain politik dan nyaman dengan pro-kontra yang dipelihara di kabinet. Hal itu merupakan bagian dari pencitraan bahwa kondisi kabinet yang tak solid dapat dijadikan kambing hitam atas kinerja pemerintah yang dinilai buruk oleh publik.

Direktur The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto juga mengatakan, Presiden Yudhoyono tidak hanya berwacana soal kinerja buruk sebagian anggota kabinet. Menteri-menteri yang dianggap tidak optimal bekerja seharusnya segera diganti dengan figur yang lebih baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com