Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebaskan Penjara Koalisi

Kompas.com - 30/11/2012, 06:05 WIB

”Sudah diketahui umum, kabinet saat ini memang dibangun dari koalisi besar yang diisi banyak menteri dari partai politik. Keluhan dan teguran itu menjadi sesuatu yang dangkal,” katanya.

Peringatan Presiden kepada menteri yang dilakukan di sidang kabinet paripurna, menurut Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi Heru Lelono, merupakan bagian dari upaya Presiden menjalankan fungsinya sebagai pemimpin di kabinet. Presiden hampir dipastikan akan semakin sering mengingatkan menterinya pada tahun- tahun mendatang, khususnya saat memasuki tahun politik menjelang pemilihan umum.

”Itu merupakan bagian dari fungsi yang dijalankan Presiden sebagai pemimpin, yakni mengingatkan menteri yang menjadi bawahannya agar fokus pada kinerja yang baik,” kata Heru.

Peringatan berulang-ulang yang disampaikan Presiden, menurut dia, juga tidak bisa serta- merta dinilai sebagai ketidaktegasan Presiden terhadap bawahannya. ”Presiden pasti akan melakukan apa saja agar kabinet berfungsi dengan baik untuk mencapai kinerja setinggi-tingginya di akhir pemerintahan. Kalau memang ada yang tidak berfungsi baik, tentu Presiden akan mengambil tindakan,” katanya.

Terkait desakan restrukturisasi kabinet yang diwacanakan sejumlah kalangan, Heru justru mempertanyakan apakah langkah itu akan menyelesaikan masalah. ”Bukankah lebih baik mendorong pembantu presiden agar pada akhir masa jabatannya bekerja untuk mencapai hasil terbaik?” katanya.

Hitung biaya

Namun, kegaduhan politik itu bagi kalangan pengusaha akan sangat memengaruhi jalannya usaha mereka. Untuk itu, menjelang Pemilu 2014, pengusaha pun mengantisipasi biaya-biaya yang mungkin muncul. Sejumlah alternatif disiapkan untuk menekan biaya-biaya itu, termasuk mencari alternatif pemasukan baru yang menjaga keberlanjutan usaha mereka.

”Beberapa hasil riset global mengatakan perekonomian kita akan terus naik. Garis pertumbuhan itu tidak akan lurus, tetapi seperti detak jantung, akan naik turun. Kami tentu saja melakukan antisipasi dalam jangka pendek terkait biaya,” kata Direktur Utama Trimegah Securities Omar S Anwar, Kamis.

Omar mengatakan, kalangan pelaku dunia usaha saat ini menyadari bahwa secara makro, apa yang terjadi di Indonesia adalah bagian dari proses pendewasaan kehidupan politik, khususnya demokrasi. Pasang surut pasti terjadi. ”Antisipasi itu bagian dari ikut berproses di pasang-surut itu. Itu tidak mudah. Karena itu, kami pun berpikir mencari sumber pendapatan baru,” katanya.

Omar berharap, dalam proses mencari titik temu antara pelaku dunia usaha, kaum pekerja, dan sekaligus pemerintah, terjalin proses dialog yang intens dan terbuka. Pengambil kebijakan didorong selalu meminta masukan dari semua pihak. Harapannya, solusi saling menguntungkan dalam sebuah putusan bulat hasil kesepakatan bersama.

Menurut pengamat pasar modal Yanuar Rizky, pasar keuangan selalu mencari celah untuk melakukan pembalikan arah atas dana-dana jangka pendek yang masuk ke pasar negara berkembang. Karena mereka meyakini kontroversi (ketidakstabilan) politik ada sehingga isu dimanfaatkan untuk mengambil untung dari pasar keuangan. ”Ingat tahun 1992-1996, kondisi makro kita bagus, rating (peringkat) bagus, tetapi berbalik arah pada 1997 di pasar uang dan alasannya adalah politik,” kata Yanuar.

Hal itu terjadi karena hingga kini kondisi pasar keuangan kita dikendalikan asing dengan masuk ke pasar keuangan nasional dari dana likuiditas dollar AS. Dalam kondisi itu, di sisi lain perbankan dan pasar akan tergantung pada dana ini. ”Ketika politik bising, mereka mendapatkan ’legitimasi’ melakukan hal itu sehingga menjadi risiko sistem keuangan dan inflasi (daya beli masyarakat) dari sisi nilai tukar karena posisi konsumsi net importir kita,” kata Yanuar.

(ATO/BEN/WHY/IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com