Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raup Uang dari Sabut Kelapa

Kompas.com - 01/12/2012, 04:10 WIB

Kapasitas produksi tak sampai 40 persen dari promosi di brosur. Usia mesin kurang dari setahun. ”Itu risiko bisnis baru sekaligus pelajaran agar tidak lagi ambil mesin dari sana,” ujarnya.

Ady kian lebih paham seluk-beluk bisnis sabut kelapa. Kini, dia paham ada mesin pengolah buatan dalam negeri. Kualitasnya lebih baik daripada mesin impor. ”Sampai sekarang mesinnya masih beroperasi,” ujarnya.

Dengan mesin itu, ia menghasilkan sekitar 50 ton serat sabut kelapa. Ady menyerap hingga 10.000 butir sabut kelapa. ”Kapasitas pabrik saya belum besar. Belum bisa menyerap semua sabut kelapa di Sungai Guntung yang sekitar 30 juta butir per tahun,” ujarnya.

Media tanam

Selain Ady, ada tiga pabrik pengolah sabut kelapa di Sungai Guntung. Mereka punya pasar masing-masing. Ady mengekspor produknya ke China lewat Batam. Sejumlah pabrik kasur dan kursi di China menjadi langganannya.

Namun, urusan Ady belum selesai meski ekspor serat sabut kelapa lancar. Sedikitnya dua hal harus dipikirkan. Pertama, harga serat sabut kelapa di pasar global terus turun. Di awal tahun, pembeli membayar rata-rata 400 dollar AS per ton serat sabut kelapa. Kini, harga rata-rata 300 dollar AS per ton.

Kedua, pabriknya belum bisa memasarkan serbuk sabut kelapa. Padahal, jumlahnya lebih banyak daripada serat sabut. Dari setiap butir kelapa, dihasilkan 65 persen serbuk dan 25 persen serat sabut. Sisanya hilang dalam produksi. ”Saya berusaha memasarkan serbuk sabut sebagai media tanam,” ujarnya.

Pilihan pasar itu tak lepas dari hasil kunjungannya ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di sana ia paham serbuk serat kelapa media tanam paling tepat untuk lahan kritis. Apalagi, BPPT mengembangkan bibit yang cocok untuk lahan kritis. ”Saya bidik reklamasi lahan bekas tambang,” ujarnya.

Bersama Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Ady menggandeng asosiasi perusahaan tambang dan sejumlah pemerintah daerah lokasi tambang. Mereka sepakat membeli serbuk serat kelapa yang sudah diolah menjadi media tanam. ”Serbuk serat yang bisa menyimpan air dibentuk menjadi briket. Cocok untuk lahan bekas tambang yang sulit air,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com