Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Pede Walaupun Rampok Mengintai

Kompas.com - 05/12/2012, 08:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini pihak kepolisian telah menyediakan jasa keamanan bagi nasabah bank yang mengambil uang dengan jumlah besar, sayangnya masyarakat masih banyak yang tidak memanfaatkannya. Terbukti, masih ada saja nasabah yang menjadi korban perampokan.

Kasus yang baru saja terjadi adalah perampokan terhadap nasabah bank BCA bernama Hari Mulyadi (63), warga RT 13 RW 08, Perumahan Tanah Baru, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pada Selasa siang, pensiunan swasta itu menjadi korban perampokan disertai penganiayaan di depan rumah sendiri. Selain uang Rp 50 juta dirampas penjahat, dia juga mengalami luka bacok di tangan.

Hal serupa juga terjadi di Jakarta Barat. Beberapa jam sebelum peristiwa di Jakarta Timur, sekitar pukul 10.30 WIB, nenek bernama Jessica (52) juga menjadi korban perampokan di depan rumahnya sendiri di Gang Macan No. 6/B5 RT 01 RW 10 Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Uang sejumlah Rp 175 juta raib dirampas para pelaku setelah menendang sang nenek.

Kedua kasus tersebut diduga memiliki modus yang sama. Yakni pelaku telah mengintai gerak-gerik korbannya dan ketika situasi mendukung, barulah mereka beraksi. Terlebih, kedua kasus terjadi di depan rumah korban yang notabene korban telah kenal seluk beluknya. Namun apa daya, kejahatan datang tak tentu waktu.

Kriminolog sekaligus pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan, gejala itu terjadi akibat perilaku masyarakat yang kerap yakin dirinya mampu mengatasi situasi sendiri. Masyarakat percaya diri bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengantisipasi hal negatif.

"Seolah-olah masyarakat memiliki kemampuan untuk mengantisipasi hal negatif sehingga tidak menimpanya. Tapi dalam berbagai penelitian atau situasi alami, terbukti itu overestimate," ujar Reza kepada Kompas.com, Selasa malam.

Peluang itulah, kata Reza, yang dimanfaatkan pelaku kriminalitas. Jika masyarakat, terutama nasabah, terlampau percaya diri saat membawa uang dalam jumlah besar, terlebih tanpa jasa pengamanan, kondisi tersebut sudah memenuhi dua unsur pelaku kejahatan menjalankan aksinya, yakni T dan R.

"T-R, itu yang ada di kepala pelaku kriminal. T itu target, ada dan bisa dijangkau; R itu risiko, kemungkinan risiko kegagalan dan tertangkap bisa dikendalikan. Paling tidak dua itu terpenuhi," ujarnya.

Atas dasar itulah, Reza mengatakan, tingkat kasus perampokan terhadap nasabah bank tetap tinggi, meski polisi telah menyediakan jasa pengamanan dan tidak dipungut biaya. Pelaku perampokan dapat leluasa mengincar korbannya tanpa harus takut akan kemungkinan tertangkap.

Reza mengatakan, solusi dari kondisi demikian masing-masing pihak baik masyarakat maupun aparat kepolisian saling berbenah. Masyarakat disarankan berfikir secara matang risiko saat membawa uang dalam jumlah besar tanpa jasa pengamanan. Di sisi lain aparat polisi diharapkan memenuhi kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan keamanan di titik-titik rawan.

Baca juga :

- Nasabah Bank Dirampok di Rumahnya

- Nasabah Dirampok, Polisi Menyayangkan

- Lagi, Perampokan Nasabah Bank di Bekasi

- Lagi, Nasabah Bank Dirampok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com