Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Usaha Merugi

Kompas.com - 12/01/2013, 02:39 WIB

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten Suyadi Wiraatmadja mengatakan, debit air Sungai Ciujung berangsur turun. Pada waktu puncak banjir, debit air sungai itu 2.600 meter kubik per detik, kini tinggal 700 meter kubik per detik.

60 persen penyeberangan

Menurut Natsir, besarnya kerugian ekonomi juga tak lepas dari peran ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang merupakan jalur utama pengiriman barang dari kawasan industri di Cilegon dan Serang menuju Jakarta dan wilayah Jawa lainnya.

”Pengiriman bahan baku ke industri-industri hulu di Cilegon tak jadi masalah karena banyak disuplai lewat jalur laut. Namun, pengiriman produk dari industri di Cilegon, seperti produk olahan petrokimia, ke industri pengguna di arah Jakarta dan sekitarnya terganggu karena putusnya jalan tol,” katanya.

Natsir menambahkan, gangguan keterlambatan pengiriman barang memiliki rentetan panjang karena membuat biaya tambahan. Apalagi, kalau yang terlambat dikirim bahan baku bagi industri yang berorientasi ekspor. Pelaku usaha dapat kena denda karena terlambat mengirimkan barang.

Hingga kini, kata Natsir, sebanyak 60 persen distribusi barang dari Jawa menuju Sumatera, dan sebaliknya masih mengandalkan lintas penyeberangan Merak-Bakauheni, termasuk melintasi jalur darat ruas Jalan Tol Jakarta-Merak. Sisanya, 40 persen, dikirim melalui jalur laut.

Jalur Merak-Bakauheni dan Jalan Tol Merak sangat penting. Oleh karena itu, Natsir mengatakan, diperlukan alternatif bagi proses distribusi agar tak hanya bergantung pada Merak-Bakauheni dan jalur darat.

”Salah satunya, mengembangkan pelabuhan-pelabuhan kecil yang dapat disinggahi kapal berbobot mati 1.500-3.000 ton untuk distribusi barang dari Sumatera dan juga kawasan timur Indonesia. Jika program ini berjalan, beban distribusi yang selama ini lewat Bakauheni-Merak dan jalur darat dapat dikurangi hingga 30 persen,” katanya.(NMP/JON/HEN/WER/RIZ/CAS/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com